Powered By Blogger

Senin, 19 Oktober 2015

KAIN PENUTUP KEPALA ITU BERNAMA JILBAB

Sebagai seorang muslim terutama muslimah, kita harus menutup aurat kita. Batas aurat seorang muslimah adalah seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan.
Jilbab atau kerudung merupakan salah satu benda atau apa ya menyebutnya ? yang dapat digunakan dan dianjurkan untuk menutup aurat. Untuk penutup kepala ini, banyak sekali jenisnya ada yang pashmina, jilbab segi empat, jilbab segi tiga, bahkan ada yang jilbab praktis begitu saya menyebutnya. Bahan-bahan untuk membuatnya pun beragam dari mulai kain chiffon, kain katun, kain paris, kain satin dan masih banyak lagi yang lainnya. Bahkan model pemakaiannya pun sangat beragam dan berbagai bentuk mengikuti perkembangan jaman yang bahkan sekarang pun telah banyak bertebaran tutorial pemakaian jilbab di sosial media.
Tapi disini, saya tidak akan membahas tentang macam-macam jilbab, bahan pembuatan jilbab, maupun tutorial pemakaian jilbab. Disini saya akan menceritakan tentang SAYA DAN JILBAB.
Saya adalah seorang wanita muslim yang tidak berjilbab. Lebih tepatnya belum berjilbab. Bahkan saya pun kalah dengan adik kandung saya sendiri. Dia mulai masuk SMA telah memilih untuk mengenakan jilbab. Sedangkan saya, sampai umur saya mencapai kepala dua belum memutuskan untuk menutup aurat saya. Mengapa bisa begitu ? jujur sebenarnya saya ingin sekali mengenakan jilbab namun masih ada sesuatu yang mengganjal dalam hati saya. Saya rasa, saya belum pantas untuk mengenakannya bila kelakuan-kelakuan saya yang masih belum baik belum saya perbaiki. Saya takut ketika saya sudah mengenakan jilbab namun ada kesalahan yang saya lakukan saya takut orang lain akan menganggap jilbab saya hanya semata untuk gaya-gayaan saja atau untuk menutupi kelakuan saya saja. Sebenarnya ada beberapa orang merasa terpukau dan kagum ketika melihat saya memakai jilbab. Kata mereka, aku cantik kalau berjilbab hehehe ini saya bukan bermaksud sombong atau gimana ya ... tapi meskipun banyak yang bilang saya cantik kalau berjilbab namun tetap saja hal tersebut belum bisa mengguncang hati saya.
Terkadang saya iri melihat wanita-wanita muslim diluar sana, yang kebanyakan mereka adalah teman saya maupun yang belum saya kenal. Mereka sudah bisa dan terbiasa untuk mengenakan jilbab. Ketika saya melihat teman saya atau orang yang saya kenal mengenakan jilbab, kadang saya menanyakan beberapa hal kepada mereka. Sejak kapan mereka memakai jilbab ? mengapa mereka memakai jilbab ? dan saya pun terkadang melihat kelakuan mereka sehari-hari apakah sudah sesuaikah perilakunya sebagai seorang wanita muslimah yang berjilbab. Tentu dari pertanyaan-pertanyaan itu ada yang menjawab sangat lucu dan ada pula yang menjawab sangat bijaksana. Namun meskipun mereka memakai jilbab dengan alasan apapun, mereka masih lebih baik daripada saya karena mereka telah berani dan bersedia untuk menutup aurat mereka. Daripada saya, yang sampai sekarang belum mengenakan jilbab. Saya mengenakan jilbab ketika saya hendak mengikuti pengajian atau acara apa yang memang diharuskan mengenakan jilbab.
Terkadang pula, saya merasa malu jika berpapasan dengan teman saya yang bahkan dulu dia tidak berjilbab namun sekarang telah memutuskan untuk mengenakan jilbab. Sungguh beruntung sekali mereka yang telah mendapatkan hidayah dari Allah begitu batin saya. Saya terkadang memikirkan kapan saya akan berjilbab. Saya pun tahu pertanyaan itu adalah pertanyaan yang jawabannya ada pada diri saya sendiri.
Kapan ? Kapan ? Kapan ? Kapan aku memakai jilbab ? Pertanyaan itu yang selalu berputar-putar dipikiranku.
Kalau lulus kuliah ?
Kalau kerja ?
Kalau sudah menikah ? ahh kelamaan ....
Tapi nggak apa-apa .... insya Allah ketika aku telah menikah, aku akan mengenakan jilbab. Karena juga ketika itu saya sudah bersuami maka sudah sepantasnya pula untuk menutup aurat. Meskipun itu masih terlalu lama. Saya akan mencoba memperbaiki diri terlebih dahulu sebelum berjilbab.
Pernah ada seorang teman yang mengatakan “kamu nazar aja ... kalau misalnya skripsimu selesai, sidangmu lancar, dan kamu lulus kuliah kamu nazar akan mengenakan jilbab” hahaha Aku lalu memikirkan kata-katanya. Apa aku melakukan yang dia katakan saja ya ? namun setelah lama aku pikirkan kata-kata itu, sepertinya aku tidak ingin mengenakan jilbab karena nazar. Aku ingin benar-benar siap lahir dan batin berjilbab. Benar-benar dari dalam hati yang paling dalam.

Semoga Allah memaafkan saya yang sampai saat ini belum mengenakan jilbab dan segera membuka hati saya. Yang entah kapan saya pun tidak tahu.




Itu beberapa foto ketika saya mengenakan jilbab :) narsis dikit yaaa :)

SURAT UNTUK PRESIDEN

Kepada Yang Terhormat Presidenku Bp. Ir. H Joko Widodo ...

Saya menyebut ini adalah Surat Untuk Presiden. Dalam surat  ini, saya ingin menyampaikan perasaan saya tentang musibah asap yang menimpa saudara-saudara saya sesama manusia dan sesama bangsa Indonesia di Pulau Sumatra dan Kalimantan. Mungkin saya memang bukanlah orang yang merasakan secara langsung dampak asap yang terjadi di Pulau Sumatra maupun Kalimantan, karena saya memang tidak tinggal di Sumatra ataupun Kalimantan. Tapi saya adalah Orang Indonesia dan saya sangat sedih melihat saudara sebangsa saya menderita.

Pak Jokowi Presiden kami, disini saya pun sangat menyadari bahwa Bapak tidak akan membaca ini. Saya sadar bahwa banyak tugas bapak yang lebih penting daripada hanya membaca keluh kesah saya yang hanya rakyat biasa ini dan bukan orang hebat ataupun orang terpandang di Negeri yang indah ini. Namun, saya sudah tidak tahu lagi mau berkeluh kesah pada siapa melihat betapa menderitanya saudara-saudara sebangsa saya akibat bencana itu. Berkeluh kesah sama Allah ? itu memang harus. Namun, bukankah Allah memerintahkan umatNya untuk berusaha terlebih dahulu baru kemudian menyerahkan sepenuhnya kepadaNya ? Saya hanya bisa berkeluh kesah melalui tulisan ini pak. Karena sangat tidak memungkinkan bagi saya untuk berkunjung ke Istana Negara kemudian mencari Pak Presiden. Mungkin jika hal tersebut saya lakukan, saya sudah diusir terlebih dahulu didepan gerbang masuk Istana Negara. Saya berkeluh kesah kepada Bapak karena mungkin di Negara ini Presiden memiliki kuasa yang sangat besar untuk berbuat sesuatu yang dapat menghentikan bencana kabut asap tersebut meskipun ini bukan salah bapak. Bapak Presiden dapat meminta bantuan menteri-menteri terkait atau bantuan dari pihak lain untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan kabut asap yang menimpa saudara-saudara kita semua disana. Saya tidak dapat berbuat apapun. Karena saya hanyalah seorang mahasiswa yang mungkin belum bisa membantu sepenuhnya karena saya memang belum memiliki penghasilan. Saya disini hanya dapat membantu dengan doa yang tulus dan membantu sedikit bila ada kegiatan sosial dikampus untuk membantu mereka korban bencana kabut asap dengan menyisihkan sedikit dari uang saku saya dan saya pikir itu belum dapat membantu.

Pak Jokowi ... tolonglah mereka pak. Lihatlah pak .... lihatlah anak-anak kecil disana. Bukankah pagi hari adalah waktu bagi mereka untuk berangkat sekolah bersama teman-teman mereka dengan hati yang riang gembira dan sore hari yang seharusnya mereka habiskan untuk bermain diluar rumah. Namun sekarang akibat adanya asap itu mereka seakan-akan takut untuk keluar rumah. Tidak jarang pula pihak sekolah meliburkan murid-muridnya karena asap yang menebal. Lantas bagaimana nasib siswa-siswa yang akan menghadapi Ujian Nasional jika sekolah sering libur karena asap yang menebal? Melihat dari berita di media elektronik saya pun bisa merasakan betapa menderitanya mereka semua. Gelap sekali disana. Bahkan sinar matahari pun telah terkalahkan oleh pekatnya kabut asap.
Lihatlah orang tua disana pak ... bukankah mereka seharusnya mencari nafkah demi kelangsungan hidup keluarganya ? namun karena kabut asap itu pekerjaan mereka jadi terganggu. Mau diberi makan apa keluarganya nanti ? mau bekerja didalam rumah ? bahkan asap itu pun sudah masuk kedalam rumah.

Lihatlah pak sudah berapa jiwa yang menjadi korban karena bencana ini. Anak-anak balita banyak yang terkena gangguan pernapasan. Bahkan beberapa sudah ada yang meninggal. Nyawa mereka sia-sia karena asap.

Pak Jokowi, saya tahu bencana kabut asap ini bukanlah kesalahan Bapak dan saya pun tidak akan menyalahkan Pemerintah karena ini memang bukan kesalahan pemerintah. Namun dalam hal ini, Pemerintah seharusnya melakukan sesuatu.

Pak Jokowi, saya pun tahu kalau secara pribadi Bapak juga sedang memikirkan bagaimana solusi yang dapat digunakan untuk menghentikan semua ini. Tapi pada jabatan yang telah Bapak miliki saat ini, Bapak memiliki orang-orang yang dapat membantu Bapak untuk menyelesaikan semua ini. Mungkin dalam hal ini menghentikan untuk selama-lamanya dan tidak ada lagi bencana kabut asap. Menurut saya, dengan cara mencari siapa pelaku pembakaran lahan itu dan secara TEGAS memberikan hukuman dengan seberat-beratnya karena kesalahan yang telah mereka perbuat.

Namun untuk mencari pelakunya pun saya mengetahui pasti membutuhkan waktu yang sangat lama. Tidak mudah memang untuk menetukan siapa pelakunya. Namun sebaiknya pemerintah dapat bertindak dengan cepat untuk menolong korban-korban bencana asap ini. Berikan apa yang mereka butuhkan. Seperti obat-obatan mungkin, dokter-dokter ahli, pengobatan gratis, atau masker pelindung agar asap tidak terhirup. Saya tahu, pemerintah setempat bahkan pemerintah pusat telah memberikan itu semua. Namun ketahuilah pak .... ketika saya melihat di berita televisi yang dibagikan kebanyakan adalah masker medis bukan masker khusus untuk asap. Entah bantuan masker dari siapa itu, namun kebanyakan yang saya lihat memang bukan masker yang seharusnya untuk asap. Berikan mereka masker yang seharusnya. Setidaknya untuk memperpanjang umur mereka. Ada sebuah masker yang namanya masker N95 (maaf ini bukan maksud untuk promosi). Namun masker N95 itu bukanlah masker yang paling baik karena masih ada masker yang khusus untuk asap yang lebih baik dari masker N95 tersebut. Namun setidaknya, meskipun bukan yang paling baik tapi sedikit bisa menolong mereka pak ... Himbaulah pemerintah daerah setempat untuk memberikan masker yang sesuai untuk asap.

Masker N95

Itu adalah masker N95 untuk asap. Saya mengambil gambar itu dari Google.com namun itu masih belum maksimal untuk mencegah asap terhirup.

Bantulah mereka pak .... pikirkan masa depan mereka dan masa depan Bangsa Indonesia

#MELAWANASAP