Tanggal 2 Mei
ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional (HARDIKNAS) di Indonesia. Banyak
sekali kegiatan yang diselenggarakan untuk memeriahkan Hardiknas setiap
tahunnya. Acara yang diselenggarakan tersebut biasanya diikuti oleh seluruh
civitas akademika baik pelajar, mahasiswa, pengajar, dan lain sebagainya. Tidak
terkecuali pula di Kota Ukir, Jepara. Untuk memeperingati Hardiknas, semua
sekolah di Jepara juga mengadakan Upacara Bendera peringatan Hari Pendidikan
Nasional. Tidak hanya di sekolah-sekolah saja, di Alun-alun Jepara juga
diadakan Upacara serupa yang dihadiri langsung oleh Bupati Jepara yang menjadi
Inspektur Upacara.
Namun ada hal
yang menarik setelah upacara di Alun-alun Jepara, ada pertunjukan Teater
Kolosal. Teater kolosal ini dimainkan oleh gabungan pelajar-pelajar di Jepara
baik SD hingga SMA. Sebenarnya, Teater Kolosal ini tidak hanya diadakan tahun
ini saja. Tahun-tahun sebelumnya pun diadakan pentas serupa namun tema-temanya
saja yang berbeda setiap tahunnya. Sewaktu masih duduk dibangku Sekolah
Menengah Atas saya juga sempat mengikuti pentas kolosal ini karena memeng waktu
itu saya ikut ekskul Teater di sekolah.
Baiklah saya
akan cerita singkat tentang alur cerita yang dimainkan dalam Pentas Teater
Kolosal Peringatan Hari Pendidikan Nasional 2016 di Jepara dan didukung oleh
beberapa foto yang diambil ketika Teater Kolosal berlangsung.
Pada suatu
hari, ada seorang anak kecil yang ingin sekolah. Kemudian oleh orang tuanya,
dia dimasukkan ke sebuah Taman Kanak-kanak yang memang menjadi awal dari
pendidikan formal. Seperti layaknya anak-anak TK, anak itu sangat riang gembira
ketika berangkat sekolah. Belajar sambil bermain.
Seiring
berkembangnya waktu, anak tersebut mulai memasuki bangku Sekolah Dasar. Disini
pelajaran yang diberikan pun agk sedikit lebih banyak. Namun tetap, untuk
seukuran anak SD bermain juga menjadi kebiasaan mereka sehari-hari tidak
terkecuali di sekolah.
Setelah menamatkan
bangku sekolah dasar, anak ini mulai memasuki bangku sekolah menengah. Pada
saat inilah masa-masa anak mulai mencari jati dirinya. Kalau kata orang Anak
Baru Gede (ABG). Pada masa ini, sifat labil anak pun mulai terlihat. Dan
seringkali mengikuti teman-temannya. Ada yang menarik dalam Teater Kolosal kali
ini. Ada adegan yang memperlihatkan si anak yang mungkin mengikuti gaya
teman-temannya yang suka balapan motor. Si anak ini pun suka ikut balapan
motor. Suatu ketika, saat dia sedang balapan motor, dia mengalami kecelakaan
yang memebuatnya luka parah (ini cuma akting yaa ...)
Begitu
menamatkan sekolah menengah pertamanya, anak itu kemudian melanjutkan ke
bangku menengah atas. Seperti yang kita ketahui bersama, pada masa ini,
anak-anak mulai memasuki proses menuju dewasa. Tentu makin banyak sekali
godaan-godaan yang diterima dari pergaulannya. Hal tersebut juga menjadi adegan
di pentas kolosal ini. Ketika itu, si anak mulai bosan sekolah, bosan belajar.
Dia ingin seklai mengikuti teman-temannya (lihat anak-anak dalam lingkaran
merah pada gambar dibawah). Padahal teman-temannya tersebut sedang berpesta
miras, narkoda, dan lain-lain. Orang tua si anak ini melarangnya untuk
bergabung dengan teman-temannya.
Perhatikan di lingkaran merah |
Ditengah-tengah
pesta, ada razia dari kepolisian. Teman-teman dari anak tersebut semuanya
ditangkap polisi. Beruntung bagi anak itu karena dia tidak sempat ikut pesta
itu. Nah yang menarik kali ini, yang menjadi Polisi-polisi itu adalah Polisi
Cilik dari SD N 1 Panggang Jepara. Wah mereka keren sekali. Saya menyebutnya
kecil-kecil cabe rawit. Nampak gagah-gagah sekali meskipun masih SD. Mereka
juga menampilkan senam lalu lintas kalau tidak salah namanya dengan formasi
serta gerakan yang sangat menarik.
Kembali ke
alur cerita Teater Kolosal selanjutnya ..
Kemudian si
anak beranjak dewasa dan memasuki Sekolah Menengah Atas dan kemudian ke
perguruan tinggi. Semakin tinggi pendidikan yang ditempuhnya, maka semakin
banyak dan besar pula cobaan yang harus dihadapinya terutama dari pergaulannya
sehari-hari. Godaan-godaan tersebut seperti ISIS, Narkoba, Perilaku Hedonis,
dan lain sebagainya yang memang sering terjadi pada remaja bahkan hingga saat
ini. Untuk mengilustrasikannya, ditampilkan beberapa anak dengan kostum
menggunakan kostum bertulisan di punggung. Kemudian beberapa anak yang berperan
sebagai godaan ini mencegah anak yang sedang berjuang untuk menyelesaikan
pendidikannya.
Akhirnya,
karena doa dari Orang Tuanya serta ketidakperdulian anak tersebut terhadap
godaan-godaan buruk yang mengejarnya, anak tersebut dapat menyelesaikan
pendidikannya hingga sarjana dan dengan bangga ia mengenakan toga.
Demikianlah
Pentas Teater Kolosal untuk memeriahkan Hari Pendidikan Nasional di Jepara.
Saya selalu menunggu dan menyempatkan untuk melihat secara langsung di
Alun-Alun Jepara setiap tahunnya. Semoga Pendidikan di Indonesia semakin baik
dan terus berbenah. Jayalah Pendidikan Indonesia.