Kau mainkan untukku
Sebuah lagu tentang negeri di awan
Dimana kedamaian menjadi istananya
Dan kini kau bawa aku menuju kesana
Itulah sebuah lagu karya Katon Bagaskara yang sesuai untuk menggambarkan suasana disalah satu daerah dataran tertinggi di Jawa Tengah. Dataran Tinggi Dieng. Siapa yang tidak mengenal dieng. Salah satu tempat tertinggi yang menawarkan keindahan bagi siapapun yang melihatnya.
Dataran tinggi Dieng masuk dalam wilayah Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Banjarnegara. Tapi orang-orang lebih mengenal Dieng berada di Kabupaten Wonosobo dan hal itu memang tidak bisa disalahkan. Apapun itu, entah orang menyebutnya Dieng berada di Wonosobo maupun di Banjarnegara Dieng tetaplah tempat wisata unggulan Jawa Tengah. Sebuah sumber mengatakan bahwa nama Dieng berasal dari Bahasa Kawi. Dieng berasal dari dua kata dalam Bahasa Kawi yaitu “Di” yang berarti tempat atau gunung dan “Hyang” yang berarti Dewa. Gabungan dua kata itulah yang kemudian mengartikan Dieng sebagai tempat berkumpulnya para dewa.
Siapa yang tidak mengenal Dieng ? Mungkin seantero Nusantara mengenal Dieng atau minimal pernah mendengar tentang tempat wisata ini. Keelokannya pun telah menjadi pembicaraan seru bagi para traveler diseluruh dunia. Tempatnya yang berada di daerah dataran tinggi menjadi sebuah kenikmatan tersendiri bagi para wisatawan yang berkunjung. Pemandangan khas dataran tinggi menjadi salah satu keunggulan dari tempat wisata ini.
Namun dibalik keindahan yang disajikan, ada sebuah fenomena yang belum banyak diketahui orang mengenai Dieng. Fenomena ini justru menjadi sebuah keunikan tersendiri bagi pariwisata Dieng. Keunikan ini muncul ditengah kehidupan masyarakat Dataran Tinggi Dieng. Ini adalah suatu fenomena yang tidak bisa dijelaskan secara ilmiah. Fenomena unik yang terjadi di masyarakat Dataran Tinggi Dieng adalah adanya sebagian anak yang berambut gimbal atau biasa disebut Si Bocah Bajang.
Mungkin untuk sebagian orang mengira rambut gimbal mereka bukan rambut asli. Tapi faktanya, itu adalah rambut asli yang akan terus tumbuh mengikuti bertumbuhnya usia mereka. Sebenarnya mereka juga memiliki rambut yang biasa dimiliki oleh manusia pada umumnya. Diantara rambutnya yang biasa ini ada beberapa kumpulan rambut gimbal yang tumbuh. Lantas bagaimana hal itu bisa terjadi ?
Kemunculan rambut gimbal pada seorang anak ini diawali dengan panas tubuh yang cukup tinggi yang terjadi selama beberapa hari. Kemudian suhu tubuh akan kembali normal dengan sendirinya bersamaan dengan munculnya rambut gimbal di kepala Si Bocah Bajang ini. Biasanya awal mula munculnya rambut gimbal ini terjadi pada anak di usia beberapa bulan hingga 3 tahun. Si Bocah Bajang berambut gimbal ini biasa disebut Bocah Gembel. Sebutan itu muncul karena rambut gimbal biasanya identik dengan orang yang jarang mandi, jarang merawat diri, dan lain sebagainya. Namun, Bocah Gembel di Dieng ini adalah anak-anak yang sangat terawat. Hanya saja ketika kita melihat bagian rambutnya memang tidak tertata rapi karena memang tumbuh rambut gimbal yang sulit dirapikan.
Pasti orang mengira Bocah Gembel Dieng ini memiliki garis keturunan khusus yang menyebabkan mereka berambut gimbal. Namun sebenarnya, anak-anak ini tidak memiliki garis keturunan khusus. Siapapun yang memilki garis keturunan Dieng kemungkinan menjadi Bocah berambut gimbal. Menurut masyarakat setempat, anak-anak ini merupakan titipan dari Kyai Kolo Dete. Beberapa sumber mengatakan bahwa Kyai Kolo Dete adalah seorang punggawa di masa Mataram Islam (sekitar abad ke 14). Bersama kedua temannya yaitu Kyai Walid dan Kyai Karim, mereka bertiga ditugaskan oleh Kerajaan Mataram untuk mempersiapkan Pemerintahan didaerah Wonosobo dan sekitarnya. Kyai Walid dan Kyai Karim bertugas di daerah Wonosobo, sementara Kyai Kolo Dete bertugas di Dataran Tinggi Dieng. Pada waktu itu, untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat Dieng akan ditandai dengan keberadaan anak-anak berambut gimbal. Kemudian sejak saat itu muncullah ank-anak berambut gimbal di Dieng. Semakin banyak anak-anak berambut gimbal maka akan semakin tinggi tingkat kesejahteraan masyarakat Dieng.
Pasti banyak orang bertanya-tanya, apa rambut gimbal itu bisa hilang ? Lantas bagaimana menghilangkannya ?
Rambut gimbal ini tidak akan hilang sebelum dipotong. Rambut gimbal ini akan tumbuh semakin lebat seiring waktu. Untuk memotong rambut gimbal ini juga tidak bisa sembarangan. Ada ritual-ritual khusus (ruwatan) yang harus dilakukan. Ruwatan ini juga harus berdasarkan kemauan dari Anak Gimbal itu sendiri. Ketika anak itu sudah meminta untuk dipotong rambut gimbalnya maka ruwatan baru bisa dilakukan.
Sebelum prosesi ruwatan ini biasanya Si Bocah Bajang ini meminta sesuatu yang diinginkan. Uniknya, permintaan ini harus dikabulkan oleh orang tua Si Bocah Bajang. Jika tidak dikabulkan maka ruwatan tidak bisa dilakukan. Biasanya permintaan dari anak-anak ini bukan permintaan yang aneh-aneh. Seperti lazimnya permintaan anak-anak kecil kebanyakan dari mereka meminta mainan, sepeda, atau hewan peliharaan.
Rangkaian Prosesi Ruwatan |
Ritual ini diawali dengan Ritual Jamasan atau orang mengenalnya dengan ritual pencucian menggunakan air suci. Kemudian prosesi pemotongan rambut gimbal dan selanjutnya pelarungan rambut gimbal di salah satu telaga di Dataran Tinggi Dieng. Ketika semua prosesi ini telah dilalui, maka rambut gimbal yang tumbuh pada Bocah Bajang ini tidak akan tumbuh lagi. Namun prosesi-prosesi ini memang membutuhkan banyak biaya. Maka oleh Pemerintah setempat diadakan prosesi pemotongan secara massal yang setiap tahunnya menjadi agenda di Dataran Tinggi Dieng yang dikenal dengan event "DIENG CULTURE FESTIVAL" dengan acara puncaknya yaitu Prosesi Pemotongan Rambut Bocah Gimbal.
Lantas bagaimana kondisi fisik dari Bocah Gimbal itu ?
Tidak berbeda dengan anak-anak yang lain, anak-anak berambut gimbal juga memiliki fisik yang sama. Mereka juga suka bermain dengan anak-anak yang lain. Perbedaannya hanya mereka lebih istimewa karena rambutnya yang gimbal. Namun untuk anak-anak berambut gimbal ini cenderung lebih aktif dibanding anak-anak lain. Ada pula yang menyebutkan bahwa pada saat-saat tertentu emosi dari ana-anak gimbal ini bisa menjadi tidak terkendali. Namun hal tersebut akan berkurang atau bahklan hilang ketika rambut gimbalnya sudah dipotong.
Itulah sedikit cerita dari Dataran Tinggi Dieng. Cerita tentang Si Bocah Bajang yang menjadi suatu keunikan untuk Dieng dengan rambut gimbalnya.