Powered By Blogger

Sabtu, 12 November 2016

DIENG DAN BOCAH BAJANG : Keunikan yang mempesona dari Negeri Diatas Awan Jawa Tengah

Kau mainkan untukku
Sebuah lagu tentang negeri di awan
Dimana kedamaian menjadi istananya
Dan kini kau bawa aku menuju kesana

Itulah sebuah lagu karya Katon Bagaskara yang sesuai untuk menggambarkan suasana disalah satu daerah dataran tertinggi di Jawa Tengah. Dataran Tinggi Dieng. Siapa yang tidak mengenal dieng. Salah satu tempat tertinggi yang menawarkan keindahan bagi siapapun yang melihatnya.


Dataran tinggi Dieng masuk dalam wilayah Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Banjarnegara. Tapi orang-orang lebih mengenal Dieng berada di Kabupaten Wonosobo dan hal itu memang tidak bisa disalahkan. Apapun itu, entah orang menyebutnya Dieng berada di Wonosobo maupun di Banjarnegara Dieng tetaplah tempat wisata unggulan Jawa Tengah. Sebuah sumber mengatakan bahwa nama Dieng berasal dari Bahasa Kawi. Dieng berasal dari dua kata dalam Bahasa Kawi yaitu “Di” yang berarti tempat atau gunung dan “Hyang” yang berarti Dewa. Gabungan dua kata itulah yang kemudian mengartikan Dieng sebagai tempat berkumpulnya para dewa.

Siapa yang tidak mengenal Dieng ? Mungkin seantero Nusantara mengenal Dieng atau minimal pernah mendengar tentang tempat wisata ini. Keelokannya pun telah menjadi pembicaraan seru bagi para traveler diseluruh dunia. Tempatnya yang berada di daerah dataran tinggi menjadi sebuah kenikmatan tersendiri bagi para wisatawan yang berkunjung. Pemandangan khas dataran tinggi menjadi salah satu keunggulan dari tempat wisata ini.

Namun dibalik keindahan yang disajikan, ada sebuah fenomena yang belum banyak diketahui orang mengenai Dieng. Fenomena ini justru menjadi sebuah keunikan tersendiri bagi pariwisata Dieng. Keunikan ini muncul ditengah kehidupan masyarakat Dataran Tinggi Dieng. Ini adalah suatu fenomena yang tidak bisa dijelaskan secara ilmiah. Fenomena unik yang terjadi di masyarakat Dataran Tinggi Dieng adalah adanya sebagian anak yang berambut gimbal atau biasa disebut Si Bocah Bajang.



Mungkin untuk sebagian orang mengira rambut gimbal mereka bukan rambut asli. Tapi faktanya, itu adalah rambut asli yang akan terus tumbuh mengikuti bertumbuhnya usia mereka. Sebenarnya mereka juga memiliki rambut yang biasa dimiliki oleh manusia pada umumnya. Diantara rambutnya yang biasa ini ada beberapa kumpulan rambut gimbal yang tumbuh. Lantas bagaimana hal itu bisa terjadi ?

Kemunculan rambut gimbal pada seorang anak ini diawali dengan panas tubuh yang cukup tinggi yang terjadi selama beberapa hari. Kemudian suhu tubuh akan kembali normal dengan sendirinya bersamaan dengan munculnya rambut gimbal di kepala Si Bocah Bajang ini. Biasanya awal mula munculnya rambut gimbal ini terjadi pada anak di usia beberapa bulan hingga 3 tahun. Si Bocah Bajang berambut gimbal ini biasa disebut Bocah Gembel. Sebutan itu muncul karena rambut gimbal biasanya identik dengan orang yang jarang mandi, jarang merawat diri, dan lain sebagainya. Namun, Bocah Gembel di Dieng ini adalah anak-anak yang sangat terawat. Hanya saja ketika kita melihat bagian rambutnya memang tidak tertata rapi karena memang tumbuh rambut gimbal yang sulit dirapikan.

Pasti orang mengira Bocah Gembel Dieng ini memiliki garis keturunan khusus yang menyebabkan mereka berambut gimbal. Namun sebenarnya, anak-anak ini tidak memiliki garis keturunan khusus. Siapapun yang memilki garis keturunan Dieng kemungkinan menjadi Bocah berambut gimbal. Menurut masyarakat setempat, anak-anak ini merupakan titipan dari Kyai Kolo Dete. Beberapa sumber mengatakan bahwa Kyai Kolo Dete adalah seorang punggawa di masa Mataram Islam (sekitar abad ke 14). Bersama kedua temannya yaitu Kyai Walid dan Kyai Karim, mereka bertiga ditugaskan oleh Kerajaan Mataram untuk mempersiapkan Pemerintahan didaerah Wonosobo dan sekitarnya. Kyai Walid dan Kyai Karim bertugas di daerah Wonosobo, sementara Kyai Kolo Dete bertugas di Dataran Tinggi Dieng. Pada waktu itu, untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat Dieng akan ditandai dengan keberadaan anak-anak berambut gimbal. Kemudian sejak saat itu muncullah ank-anak berambut gimbal di Dieng. Semakin banyak anak-anak berambut gimbal maka akan semakin tinggi tingkat kesejahteraan masyarakat Dieng.

Pasti banyak orang bertanya-tanya, apa rambut gimbal itu bisa hilang ? Lantas bagaimana menghilangkannya ?


Rambut gimbal ini tidak akan hilang sebelum dipotong. Rambut gimbal ini akan tumbuh semakin lebat seiring waktu. Untuk memotong rambut gimbal ini juga tidak bisa sembarangan. Ada ritual-ritual khusus (ruwatan) yang harus dilakukan. Ruwatan ini juga harus berdasarkan kemauan dari Anak Gimbal itu sendiri. Ketika anak itu sudah meminta untuk dipotong rambut gimbalnya maka ruwatan baru bisa dilakukan.

Sebelum prosesi ruwatan ini biasanya Si Bocah Bajang ini meminta sesuatu yang diinginkan. Uniknya, permintaan ini harus dikabulkan oleh orang tua Si Bocah Bajang. Jika tidak dikabulkan maka ruwatan tidak bisa dilakukan. Biasanya permintaan dari anak-anak ini bukan permintaan yang aneh-aneh. Seperti lazimnya permintaan anak-anak kecil kebanyakan dari mereka meminta mainan, sepeda, atau hewan peliharaan.

Rangkaian Prosesi Ruwatan
Ritual ini diawali dengan Ritual Jamasan atau orang mengenalnya dengan ritual pencucian menggunakan air suci. Kemudian prosesi pemotongan rambut gimbal dan selanjutnya pelarungan rambut gimbal di salah satu telaga di Dataran Tinggi Dieng. Ketika semua prosesi ini telah dilalui, maka rambut gimbal yang tumbuh pada Bocah Bajang ini tidak akan tumbuh lagi. Namun prosesi-prosesi ini memang membutuhkan banyak biaya. Maka oleh Pemerintah setempat diadakan prosesi pemotongan secara massal yang setiap tahunnya menjadi agenda di Dataran Tinggi Dieng yang dikenal dengan event "DIENG CULTURE FESTIVAL" dengan acara puncaknya yaitu Prosesi Pemotongan Rambut Bocah Gimbal.

Lantas bagaimana kondisi fisik dari Bocah Gimbal itu ?

Tidak berbeda dengan anak-anak yang lain, anak-anak berambut gimbal juga memiliki fisik yang sama. Mereka juga suka bermain dengan anak-anak yang lain. Perbedaannya hanya mereka lebih istimewa karena rambutnya yang gimbal. Namun untuk anak-anak berambut gimbal ini cenderung lebih aktif dibanding anak-anak lain. Ada pula yang menyebutkan bahwa pada saat-saat tertentu emosi dari ana-anak gimbal ini bisa menjadi tidak terkendali. Namun hal tersebut akan berkurang atau bahklan hilang ketika rambut gimbalnya sudah dipotong.


Itulah sedikit cerita dari Dataran Tinggi Dieng. Cerita tentang Si Bocah Bajang yang menjadi suatu keunikan untuk Dieng dengan rambut gimbalnya.

Kamis, 10 November 2016

KOTA LAMA SEMARANG KEMBALI MEMPERCANTIK DIRI

Semarang Kota Lunpia. Semarang Kota Atlas.

Dok. Pribadi
Semarang telah dinobatkan sebagai gerbang masuk wisata Jawa Tengah karena infrastuktur yang bisa dikatakan cukup memadai. Sarana transportasi baik darat, laut, dan udara juga cukup lengkap tersedia di Kota dengan sebutan Kota Lunpia ini. ini menjadi sebuah kesempatan besar bagi pemerintah setempat untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki oleh daerah. Salah satunya adalah perkembangan dalam sektor pariwisata. Dewasa ini, pariwisata memang sedang menjadi sebuah trending topic dalam setiap Negara. Pemerintah dari berbagai Negara tersebut saling berlomba-lomba untuk meningkatkan atau mengembangkan pariwisata yang diyakini memiliki potensi yang tinggi di Negaranya. Hal tersebut dilakukan karena mengingat manfaat-manfaat yang dapat diambil dari pengembangan sektor pariwisata. Dengan mengusung tagline “JATENG GAYENG”, pariwisata Jawa Tengah khusunya Semarang diharapkan mampu bersaing dengan pariwisata lain baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

Ketika berkunjung ke Ibukota Jawa Tengah ini, justru para wisatawan lebih banyak menghabiskan waktu di pusat Kota Semarang yakni di Kawasan Simpang Lima Semarang. Seperti sudah menjadi suatu perbincangan yang menarik bagi semua orang tentang Kawasan Simpang Lima Semarang sebagai tempat tujuan wisata. Namun ironisnya, di Simpang Lima ini bahkan tidak ada tempat wisata satu pun selain pusat perbelanjaan dan gedung-gedung bertingkat yang berlomba-lomba membangun bangunannya semakin tinggi hingga menjangkau awan. Memang semua orang pun tahu jika Kawasan Simpang Lima merupakan pusatnya Kota Semarang karena selain disana banyak tempat-tempat penginapan, disana juga banyak pula kantor-kantor Pemerintahan. Itu yang kemudian menjadikan Simpang Lima sebagai tujuan utama para wisatawan ketika berkunjung ke Semarang. Namun sebenarnya, pada zaman Belanda masih menguasai Indonesia pusat Kota Semarang adalah Kawasan Kota Lama Semarang. Untuk sebagian orang tentu belum banyak yang mengenal Kawasan Kota Lama Semarang.

SUDUT KOTA LAMA SEMARANG
Dok. Pribadi
Kawasan Kota Lama Semarang merupakan sebuah kawasan peninggalan sejarah di Kota Semarang. Bangunan-bangunan otentik bergaya kolonial masih dapat kita temui di kawasan ini. Ikon Gereja Blendhuk yang terkenal juga menghiasi pusat Kawasan Kota Lama Semarang. Namun sayang, Kawasan Kota Lama Semarang ini belum banyak diketahui orang. Masih banyak hal-hal yang masih harus diperbaiki dari kawasan yang disebut sebagai “LITTLE NETHERLAND” ini.

PETA KOTA LAMA SEMARANG
Source : Seputar Semarang
Beberapa waktu lalu pada sekitar tahun 2014 bersama dengan teman-teman kuliah, saya memiliki kesempatan untuk melakukan sebuah penelitian kecil pada mata kuliah Manajemen Perkotaan. Kami melakukan penelitian di Kawasan Kota Lama Semarang. Dalam penelitian tersebut, kami melihat secara langsung bagaimana keadaan Kota Lama Semarang. Ketika itu saya melihat masih sangat banyak pekerjaan-pekerjaan yang harus diselesaikan oleh Pemerintah setempat. Banyak masalah yang dapat disimpulkan ketika mengunjungi Kawasan Kota Lama Semarang. Masalah-masalah tersebut adalah sebagai berikut :
  • Banyak bangunan yang mangkrak yang kemudian digunakan oleh orang-orang yang kurang baik. Misalnya, ketika melewati sudut-sudut yang cukup sepi di Kawasan Kota Lama kami menemukan ada sekumpulan orang yang melakukan sabung ayam, judi, dan lain sebagainya. Selain itu, dibeberapa sudut sepi itu juga terlihat para gelandangan yang kemungkinan besar kalau malam tempat itu (bangunan kosong) dijadikan mereka sebagai tempat tinggal.
  • Masih banyaknya kawasan kumuh disekitar Kota Lama Semarang. Mungkin karena banyaknya bangunan yang mangkrak dan kurang tertatanya kawasan ini, maka terlihat seperti kawasan yang kumuh.
  • Banjir rob. Ini memang menjadi perhatian khusus bagi Pemerintah Kota Semarang. Banyak orang melihat bahwa seakan-akan banjir rob ini memang sudah biasa terjadi di Semarang dan tidak bisa ditanggulangi.
  • Tidak adanya tempat tujuan wisata di Kawasan Kota Lama Semarang. Ketika itu memang tidak ada satu spot khusus yang bisa dijadikan tempat wisata di kawasan ini selain Gereja Blendhuk dan Taman Sri Gunting.

Tentu masalah-masalah lain masih banyak yang dapat kita temukan di Kawasan Kota Lama Semarang. Kawasan Kota Lama Semarang ini juga bukan salah satu tempat yang strategis untuk berwisata. Perumpamaannya seperti ini, jika kita berkeliling dengan kendaraan di Kawasan Kota Lama Semarang kurang dari 30 menit, kita sudah selesai mengelilingi Kawasan Kota Lama Semarang. Hal itu terjadi karena memang tidak ada tempat wisata menarik yang bisa dikunjungi. Ini yang seharusnya kemudian menjadi pekerjaan bagi Pemerintah setempat untuk bagaimana caranya agar para pengunjung dapat betah berlama-lama berada di Semarang khususnya untuk menikmati keunikan Kawasan Kota Lama Semarang.

Kabar baiknya, Pemerintah setempat seperti mendengar dan menanggapi secara serius keluhan-keluhan dari masyarakat tentang perkembangan Kawasan Kota Lama Semarang. Belum lama ini, Kawasan Kota Lama Semarang sudah mulai berbenah. Perlahan-lahan pemerintah mulai menata kembali “LITTLE NETHERLAND” ini. Di kawasan ini juga mulai bermunculan tempat-tempat tujuan wisata baru yang dapat dikunjungi. Tempat-tempat ini menggunakan gedung yang sebelumnya memang tidak terpakai yang kemudian di rombak tanpa menghilangkan bentuk aslinya yaitu gaya kolonial.


Beberapa tempat wisata baru tersebut adalah sebagai berikut :

3D TRICK ART MUSEUM
3D TRICK ART MUSEUM SEMARANG
Source : HelloSemarang.com
Ini merupakan destinasi wisata baru di Kawasan Kota Lama Semarang. Ditempat ini para wisatawan dapat berfoto dengan obyek foto yang dapat menhasilkan gambar tiga dimensi. 3D Trick Art Museum ini berjarak sekitar 50 meter dari Gereja Blendhuk.

SEMARANG ART GALLERY

SEMARANG ART GALLERY
Dok. Pribadi
Semarang Art Gallery juga merupakan destinasi yang baru dikenal di Kawasan Kota Lama Semarang. Satu galeri seni yang memamerkan karya-karya para seniman. Galeri ini juga menggunakan gedung bekas jaman kolonial. Dahulunya bangunan ini adalah sebuah kantor perusahaan asuransi di Indonesia yang bernama “De Indische Lioyd”. Setelah dibersihkan dan diatur sedemikian rupa tanpa menghilangkan unrur kolonial, gedung kuno ini kemudian di sulap menjadi galeri seni yang sangat berkelas.

WISATA KULINER DENGAN BANGUNAN KHAS KOLONIAL

SPIEGEL CAFE
Dok. Pribadi
Belum lama ini muncul cafe-cafe baru di Kawasan Kota Lama Semarang. Cafe-cafe ini juga menggunakan gedung-gedung lama yang tidak terpakai di Kota Lama Semarang yang kemudian diubah konsepnya sesuai dengan konsep cafe tersebut. Namun meskipun telah diubah konsepnya menjadi sebuah cafe, nuansa kolonial masih dapat dirasakan ketika singgah di cafe-cafe ini. Cafe-cafe tersebut diantaranya adalah Spiegel, Retro Cafe, Tekodeko, Ikan Bakar Cianjur, dan lain sebagainya.

WISATA BELANJA DI PASAR KLITIKAN KOTA LAMA SEMARANG

PASAR KLITIKAN KOTA LAMA SEMARANG
Dok. Pribadi
Untuk lebih menonjolkan kesan kuno yang unik. Pemerintah Kota Semarang juga menyediakan area yang digunakan untuk para pecinta barang-barang kuno untuk meyalurkan hobinya. Pasar Klitikan Kota Lama Semarang juga termasuk tempat baru di Kota Lama. Disini kita bisa menemukan barang-barang kuno yang cukup lengkap. Bahkan mata uang kuno pun dijual disini.

Itulah sedikit dari banyak hal yang sedang dilakukan Pemerintah Kota Semarang untuk mengembangkan pariwisata di Kawasan Kota Lama Semarang. Namun dari berbagai banyak hal yang dilakukan itu, ada satu hal kecil yang cukup penting yaitu Promosi Pariwisata. Pemerintah Kota Semarang dalam melakukan promosi Kawasan Kota Lama Semarang memang sangat pandai. Promosi ini dilakukan dengan cara mengadakan event-event kesenian yang diadakan di Kota Lama Semarang. Sekarang ini sedang berlangsung Pameran “Bienalle Jateng 2016” yang diadakan di Kota Lama Semarang. Ini merupakan Pemeran seni rupa besar yang pertama kali diadakan di Kota Lama Semarang. Dengan adanya event-event yang digelar di Kawasan Kota Lama ini diharapkan mampu meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung di Kawasan Kota Lama Semarang.

Mengembangkan Kawasan Kota Lama Semarang ini juga harus memperhatikan banyak hal. Banyak hal yang masih harus diperbaiki untuk menjadikan Kawasan Kota Lama Semarang menjadi sebuah destinasi wisata unggulan. Menurut Menteri Pariwisata Republik Indonesia Arief Yahya, ada Konsep 3A yang harus diperhatikan dalam perkembangan pariwisata yaitu Akses, Amenitas, dan Atraksi. Itulah pokok untuk mengembangkan pariwisata. Naumun yang paling utama adalah akses. Bagaimana caranya agar para wisatawan memiliki kemudahan untuk berkunjung ke Kawasan Kota Lama Semarang. Dalam akses ini juga yang perlu diperhatikan adalah Petunjuk arah, area parkir yang memadai dan aman, dan lain sebagainya. Selain itu, tempat-tempat umum juga harus diperhatikan seperti toilet umum, ruang terbuka hijau, dan lain sebagainya.

Sampai tahap ini kita harus bangga dengan kinerja Pemerintah Kota Semarang dalam menghidupkan kembali Kawasan Kota Lama Semarang. Kita sebagai masyarakat juga harus ikut membantu menjaga dan mempromosikan Kawasan Kota Lama Semarang.

Majulah Pariwisata Indonesia. Pesona Indonesia. Jateng Gayeng.

GEREJA BLENDHUK
Dok. Pribadi

Kamis, 27 Oktober 2016

KAWIN LARI, SEBUAH KESOPANAN DALAM ADAT SUKU SASAK DI LOMBOK

Kawin Lari ?

Mungkin untuk banyak orang khususnya Orang Indonesia apabila mendengar istilah kawin lari adalah sesuatu yang sangat memalukan. Mengapa memalukan ? Yaa ... mungkin hal itu dianggap sebagai sebuah aib. Namun itu berlaku di Lombok khususnya masyarakat Suku Sasak. Kawin lari biasa terjadi pada masyarakat Suku Sasak dan bahkan hal itu dianggap sopan. Kawin lari disana biasa disebut dengan ‘Merari’.

Motif Kain Khas Lombok

Motif Kain Khas Lombok
Beberapa waktu lalu ketika berkesempatan melihat keindahan Lombok, mampirlah kami di satu pusat kerajinan kain tenun khas Lombok. Tepatnya didaerah Sukarara. Ditempat ini kami bisa belejar menenun kain khas Lombok yang indah itu. Kami para wanita pun langsung semangat belajar menggunakan alat tenun manual disana. Meskipun cuma sebentar karena nggak kuat harus duduk lama dan memang sedikit ribet, tapi saya sudah tau sedikit tekniknya. Pantas kain khas Lombok ini mahal harganya, karena membuatnya juga membutuhkan ketelitian dan sangat tidak mudah. Sebenarnya ada hal yang membuat kami khususnya saya, sangat semangat belajar menenenun. Katanya, seorang gadis apabila sudah pandai membuat kain tenun (menenun) berarti dia sudah siap atau sudah bisa dibawa lari. Inilah yang kemudian membuat saya tertarik untuk belajar singkat membuat kain tenun khas Lombok yang indah itu. Siapa tahu ketika sudah pandai menenun, ada yang mengajak lari saya .... hehehe

Alat Tenun Khas Lombok
Oke kembali ke kawin lari khas Lombok ...

Kawin lari di Lombok adalah sebuah tradisi khususnya Suku Sasak. Tradisi ini diibaratkan seperti mencuri. Yaa ... mencuri seorang gadis untuk dinikahi. Mencuri untuk menikahi dikatakan lebih keren dibandingkan meminta kepada orang tua si gadis. Tapi “mencuri” disini tidak asal mencuri. Ada aturan yang berlaku. Aturannya, Sang gadis tidak boleh dibawa langsung kerumah Sang Lelaki. Namun ahrus dititipkan dirumah kerabat Sang Lelaki. Nah setelah menginap sehari, pihak kerabat laki-laki ini kemudian mengirim utusan ke pihak keluarga sang gadis. Utusan ini tugasnya memberitahukan kepada keluarga sang gadis bahwa anak gadisnya telah dicuri dan sedang berada di suatu tempat. Tapi tempat itu dirahasiakan dan tidak boleh ketahuan keluarga sang gadis.

Pemberitahuan itu dalam istilah bahasa Suku Sasak disebut ‘Nyelabar’. Pada saat nyelabar ini terdiri dari satu rombongan yang berisi lebih dari 5 orang dari kerabat pihak laki-laki tanpa didampingi orang tua pihak laki-laki dan semua harus mengenakan pakaian adat. Sebelum datang kekeluargan pihak perempuan, rombongan ini harus terlebih dahulu meminta ijin kepada tetua adat setempat. Istilahnya untuk meminta ijin serta penghormatan kepada tetua adat.
Ketika rombongan pihak laki-laki sampai kerumah pihak gadis pun tidak diperkenankan masuk kedalam rumah. Mereka duduk bersila dihalaman. Salah utusan yang ditunjuk sebagai juru bicara akan menyampaikan pemberitahuan itu. Selain prosesi ‘Nyelabar’, kedua pihak juga harus melangsungkan prosesi adat yang dikenal dengan istilah ‘Mesejati’ dan ‘Mbait Wali’. Upacara-upacara itu dilakukan sebagai proses permintaan ijin pernikahan dari pihak keluarga laki-laki ke pihak keluarga perempuan.

Jadi jangan heran bila pernikahan Suku Sasak ini berlangsung hingga beberapa hari. Untuk prosesi Nyelabar, Mesejati, dan Mbait Wali saja sudah menghabiskan waktu selama tiga hari. Untuk prosesi ‘Mbait Wali’ ini adalah prosesi dimana pihak laki-laki dan pihak perempuan membicarakan uang jaminan atau biasa disebut ‘Pisuka’ serta mahar.

Setelah selesai beberapa prosesi adat tersebut, barulah dilangsungkan ijab qabul. Oh ya ... ketika masa penculikan atau pelarian, kedua pasangan tidak boleh melakukan perbuatan yang tercela. Setelah ijab qabul, masih ada satu prosesi adat terakhir yang harus dilakukan yaitu ‘Nyongkolan’. Prosesi ini kedua mempelai diiring ke rumah orang tua mempelai perempuan. Setelah itu kedua mempelai akan menempati sebuah rumah kecil yang biasanya disebut dengan ‘Bale Kodong’.

Bale Kodong ini merupakan tempat tinggal sementara kedua mempelai hingga mereka sanggup untuk membuat rumah sendiri. Biasanya Bale Kodong ini digunakan untuk berbulan madu.

Sebenarnya adanya tradisi Kawin Lari di Suku Sasak juga mempengaruhi bentuk dari rumah adat Suku Sasak. Rumah adat Suku Sasak dibentuk menjadi dua ruangan menjadi ruangan luar dan dalam. Uniknya rumah ini tanpa jendela. Jadi hanya ada satu pintu untuk akses keluar-masuk. Untuk ruangan dalam biasanya digunakan untuk anak perempuan yang satu ruangan dengan dapur. Sedangkan untuk bagian luar untuk orang tua dan ank laki-laki. Mungkin dengan pengaturan yang seperti itu dimaksudkan agar anak perempuan tidak mudah dilarikan.


Bagaimana ? unik sekali ya tradisi khas Suku Sasak ini. Inilah keindahan Indonesia. Jika ingin tahu keunikannya, silahkan berkunjung di Desa Sade, Lombok.







Senin, 24 Oktober 2016

KETIKA INDONESIAN SOUTH SEA PEARL TAK SEINDAH KILAUNYA DI INDONESIA

Mutiara ... siapa yang tak mengenalnya ? dan siapa yang tidak terpukau oleh keindahan kilaunya ....

Indonesia adalah cuilan surga yang ada di bumi dengan anugrah yang luar biasa. Indonesia merupakan sebuah Negara kepulauan yang mempunyai belasan ribu pulau yang tersebar dari Sabang hingga Merauke. Indonesia dikelilingi oleh wilayah perairan yang sangat luas. Karena luasnya wilayah perairan Indonesia, tidak dapat dipungkiri bahwa Indonesia memiliki potensi yang melimpah. Salah satu potensi besar dari perairan Indonesia adalah mutiara. Keindahan mutiara Indonesia telah menjadi perbincangan yang menarik di pasar internasional. Mutiara Indonesia merupakan jenis Mutiara Laut Selatan (South Sea Pearl) yang terkenal sebagai mutiara yang berada pada puncak kesempurnaan mutiara didunia.

Source : Youtube

Mutiara Laut Selatan (South Sea Pearl) adalah sebuah kesempurnaan mutiara. Semua julukan ada pada mutiara laut selatan ini. Mulai dari mutiara termegah, mutiara terbesar, terindah, dan juga termahal. Ada dua genus kerang mutiara yang dapat menghasilkan Mutiara Laut Selatan, yaitu genus kerang mutiara bibir hitam (Pinctada Margaritifera) dan genus kerang mutiara bibir perak/emas (Pinctada Maxima). Selain ukuran lebar cangkang genus kerang mutiara serta perbedaan warna mutiara yang dihasilkan, tidak banyak perbedaan antara kedua genus kerang tersebut. Untuk Indonesia sendiri, Mutiara Laut Selatan dihasilkan dari genus kerang mutiara Pinctada Maxima. Untuk ciri-ciri dari Pinctada Maxima ini selain ukuran cangkang yang sangat lebar yaitu bisa mencapai sekitar 30 cm, kerang ini hanya mengandung 1 butir mutiara dalam satu indukan kerang. Hal itu terbukti dengan mahalnya harga mutiara ini.
Source : Fanpage Indonesian Pearl Festival 2016

Source : Materi Blog Competition ISSP

Beberapa waktu lalu ketika berkunjung ke Nusa Tenggara Barat, dimana NTB merupakan daerah yang termasuk penghasil ISSP yang paling tinggi di Indonesia. Ada sekitar 18 perusahaan mutiara disana. Ketika disana, memang banyak sekali penjual mutiara. Dimulai dari mutiara yang kelas tinggi hingga yang paling rendah. Ada mutiara air laut dan mutiara air tawar. Dengan berkembangnya pariwisata di NTB pada saat ini, nilai mutiara juga mulai ikut berkembang. Hal tersebut dikarenakan wisata edukasi tentang kerang mutiara juga menjadi agenda pariwisata bagi wisatawan yang berkunjung di NTB. Ini tentu menjadi sebuah kesempatan untuk mengenalkan lebih jauh tentang ISSP kepada para wisatawan baik lokal maupun mancanegara.

Source : Materi Blog Competition ISSP


Untuk Indonesia, ada beberapa permasalahan tentang mutiara yang indah ini. Permasalahan yang besar adalah kurangnya rasa kepemilikan yang kuat dari orang-orang Indonesia terhadap “Indonesian South Sea Pearl”. Selain itu, Indonesian South Sea Pearl banyak diakui oleh Negara lain. Hal tersebut karena tidak adanya sertifikasi yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia. Selain itu, masalah terbesarnya juga karena adanya global warming sehingga mempengaruhi kualitas dari ISSP.

Pada sebuah laman berita, ada yang mengatakan bahwa “mutiara yang diperdagangkan didalam negeri merupakan mutiara jenis Chinese Fresh Water Pearl atau mutiara air tawar yang ilegal yang kualitasnya jauh dari kualitas mutiara Indonesia”. Hal itu memang dapat dilihat dari ciri-ciri mutiara jenis itu adalah induk kerang bisa menghasilkan 40 butir mutiara dalam ukuran cangkang kerang yang tidak terlalu besar. Jadi, apabila dilihat dari kualitasnya tentu harganya juga lebih murah dibandingkan dengan ISSP. Dilihat dari harganya itulah yang menyebabkan kemungkinan besar masyarakat Indonesia lebih memilih Chinese Fresh Water Pearl.

Sebenarnya, permasalahan-permasalahan tersebut dapat diatasi dengan sangat mudah. Pemerintah harus berusaha ekstra keras untuk mengenalkan lebih dalam pengetahuan tentang “Indonesian South Sea Pearl” baik pengetahuan tentang kualitas, produksi, dan sebagainya kepada masyarakat Indonesia. Jika Indonesian South Sea Pearl ini lebih dikembangkan, pasti juga akan menambah pendapatan negara. Indonesian Pearl Festival (IPF) yang tahun ini sudah memasuki tahun ke 6 merupakan sebuah usaha untuk memperkenalkan mutiara Indonesia termasuk “Indonesian South Sea Pearl”. Dengan adanya event “6th Indonesian Pearl Festival 2016” diharapkan dapat meningkatkan nilai jual mutiara Indonesia serta meningkatkan pula pengetahuan masyarakat pada dunia kemutiaraan. Diharapkan pula masyarakat Indonesia lebih memilih dan mencintai produk mutiara lokal yaitu “Indonesian South Sea Pearl”.
PRE EVENT GATHERING IPF 2016
Source : Twitter @nengtanti13

Referensi :

Bahan Materi Lomba Tulis Blogger (Usaha Budidaya Mutiara Indonesia)
http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20150510120239-92-52292/miris-masa-depan-mutiara-terbaik-dari-indonesia/
http://www.beritasatu.com/ekonomi/136906-indonesia-pemasok-terbesar-mutiara-laut-dunia.html
http://delombokpearl.blogspot.co.id/2013/05/sejarah-budidaya-mutiara-di-indonesia.html
http://originalmutiara.com/news/150/Indonesia-Produsen-Terbesar-Mutiara-Laut-Selatan

http://citizen6.liputan6.com/read/2628095/indonesia-produsen-mutiara-laut-selatan-terbesar-di-dunia


Postingan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog "Menguak Tabir Indonesian South Sea Pearl"

Kamis, 20 Oktober 2016

KEHEBOHAN PANGGUNG CABARET SHOW DI JOGJAKARTA

Apa yang terlintas dipikiran anda jika mendengar kata Cabaret Show ? Mungkin yang ada dalam benak anda adalah Cabaret Show Khas Thailand yang sangat populer itu. Cabaret Show di Thailand menjadi agenda tontonan wajib para wisatawan yang berkunjung kesana. Namun saat ini, kita tidak perlu lagi jauh-jauh ke Thailand jika ingin menyaksikan Cabaret Show. Di Indonesia sendiri, tepatnya di Jogjakarta juga ada pertunjukan Cabaret Show yang tidak kalah kerennya dengan yang ada di Thailand.

Cabaret Show adalah sebuah pertunjukan musik, drama, tari, dan atraksi lain yang dikemas dengan unsur komedi yang diperagakan oleh para waria. Panggung Cabaret Show yang ada di Jogjakarta ini dapat kita saksikan di Oyot Godhong Resto atau banyak orang menyebutnya Raminten 3 yang berada di lantai 3 Mirota Batik (Hamzah Batik) di Kawasan Malioboro.


Sebenarnya waktu itu memang tidak ada rencana untuk melihat pertunjukan ini. Namun memang sudah cukup lama saya berkeinginan untuk menyaksikan pertunjukan yang katanya sangat menghibur dan membuat orang tak berhenti tertawa selama pertunjukan berlangsung. Entah sabtu malam ketika itu jogja sedang diguyur hujan deras. Sudah dari siang hari hujan tidak menunjukkan tanda-tanda berhenti. Kalau hujan seperti itu mau kemana-mana juga malas. Kemudian terlintaslah Cabaret Show dipikiran saya. Okelah saya putuskan untuk menonton pertunjukan ini. Sekali-kali menikmati malam minggu nonton Cabaret daripada jalan-jalan malah kehujanan. Oh yaa ... Cabaret Show ini hanya ada pada malam sabtu dan malam minggu yaa ... So, jangan sampai salah hari kalau mau nonton.

Sampai di Mirota Batik pada pukul 18.30 WIB. Saya langsung menuju ke lantai 3. Saya pun langsung membeli tiket di Counter tiket yang berada persis di sebelah pintu resto. Ternyata tiket VIP sudah ludes terjual. Saya mendapatkan tiket festival seharga Rp. 50.000,-.

Apa sih bedanya antara tiket VIP dan Festival selain harga tentunya ? Oh ya untuk tiket VIP dibandrol dengan harga Rp. 60.000,-. Selain itu yang membedakannya adalah letak tempat duduk. Untuk VIP, tempat duduknya berada tepat didepan panggung dan untuk yang festival berada dibawah jadi harus mendongakkan kepala karena panggung yang cukup tinggi. Tapi sebenarnya untuk festival juga ada yang tempat duduknya sejajar dengan panggung tapi berada disamping panggung. Seperti tempat yang saya duduki waktu itu. Setelah mendapatkan tiket dan menukarkannya dengan kentang goreng, saya diarahkan keatas karena meja-meja dibawah sudah terisi penuh. Tempat duduknya lesehan dengan meja kecil memanjang menghadap ke panggung. Tempat duduk saya kali ini sangat dekat sekali dengan panggung dan sangat strategis pula (strategis untuk digodain para waria, hehehe).

Ketika memasuki tempat ini, suasananya sangat gelap karena hanya lampu panggung saja yang dinyalakan. Tepat pukul 19.00 WIB pertunjukan pun dimulai.

Pertunjukan diawali dengan munculnya 3 penari jawa yang lemah gemulai. Hmmm ... jadi nggak yakin kalau mereka itu pria saking luwesnya.


Setelah ketiga penari itu selesai menari, barulah ada beberapa penari campuran (pria, wanita, dan waria tentunya) yang menari dengan sangat apik dan kompak dengan diiringi lagu khas pembuka Cabaret Show.

Ayo tebak ... Mana yang wanita tulen ??? Hihihihi
Cabaret Show di Raminten 3 ini menampilkan waria-waria yang berperan jadi artis Indonesia maupun artis luar negeri. Tapi kebanyakan penyanyi luar negeri sih. Penyanyi Indonesia hanya Anggun C. Sasmi dan ada 4 penyanyi dangdut. Mereka semua lipsink lagu-lagu yang populer yang dibawakan para penyanyi sesuai dengan karakter yang sedang diperankannya.

Ini looh beberapa penampilan dari mereka ....





Celine Dion :)

Anggun C. Sasmi

Ini ada pemain cabaret yang sangat nekat menurut saya. Dia bahkan sampai menuruni tiang dari atas kebawah. Benar-benar nekat tapi lucu.


Gimana sexy-sexy kan ? dan mereka memang mirip sekali dengan penyanyi aslinya.

Oh yaa ... seperti dugaan saya sebelumnya mengenai tempat duduk ketika menonton. Tempat dimana saya menonton ini menjadi sasaran empuk untuk disamperin para waria itu. Dan hampir semua pemain cabaret itu main-main ketempat dimana saya duduk. Tapi untungnya yang disamperin kebanyakan para lelaki hehehe ... iyalah masa waria itu mau nyamperin cewek ... Bahkan ada seorang bule yang lagi nonton terus disamperin sama salah satu waria. Setelah dipegang-pegang, itu bule ditarik ke panggung diajak joget.

Heboh sekali malam itu.

Pertunjukan ditutup dengan lagu “Ekspresi” yang dibawakan semua pemain (masih tetap lipsink sih ...) dan mereka menari bersama-sama. Entah kenapa katika mendengar lagu ciptaan Indra Lesmana itu saya selalu merinding, terpana, ikutan menyanyi dan ikut menari meskipun hanya menggoyangkan tangan.


Setelah selesai pertunjukan, para waria itu kemudian keluar dan berdiri ala manekin di depan resto. Untuk yang mau berfoto bareng waria-waria inilah saatnya. Mereka juga senang sekali diajak foto bareng. Nah disini ini, sisi kewanitaan saya mulai dipertanyakan hehehe ... Gimana nggak, mereka cowok tapi tubuh mereka bagus-bagus sekali. Langsing. Kulitnya cenderung lebih mulus. Menurut saya, mereka waria yang berbakat sih. Waria yang berharga.



Saran saya, jika mau menonton Cabaret Show ini sebaiknya datang ke Hamzah Batik jangan terlalu mepet waktunya agar bisa memilih tempat duduk yang strategis untuk menonton dan mengambil gambar tentunya dan supaya tidak kehabisan tiket.

Cabaret Show ini sangat recommended sih untuk hiburan diakhir pekan. Jadi, kalo sedang berkunjung ke Jogja jangan lewatkan Cabaret Show di Oyot Godhong Resto (Raminten 3) ini yaaa ...

Minggu, 02 Oktober 2016

SEPENGGAL KISAH : DINI HARI DI KOTA TEMBAKAU (Pertemuan dengan “Mas Rejo”)

Beberapa saat yang lalu, saya berkesempatan menikmati dini hari di Kota Tembakau yang sangat dingin itu. Sebenarnya hanya diajak untuk mengantar kerabat menunaikan ibadah haji. Dilepas oleh Bupati setempat di pendopo. Tapi bukan ibadah hajinya yang akan saya tulis. Namun sebuah kisah yang ada dibaliknya.

Ketika itu malam hari sekitar pukul 01.00 WIB kami dengan beberapa rombongan mengantar salah satu kerabat yang akan menunaikan ibadah haji untuk berkumpul di Pendopo. Pendopo Pengayoman, begitu orang di kota itu menyebutnya. Setelah sampai disana kami menunggu cukup lama. Cukup lama karena pelepasannya pukul 05.30 WIB sedangkan ketika sampai disana baru pukul 02.00 WIB. Sambil menunggu saya bersama beberapa kerabat yang lain berdiri didepan Pendopo sambil sesekali melihat kearah alun-alun yang sangat ramai ketika itu. Banyak sekali penjual mainan hingga makanan yang masih berjualan. Mungkin karena ada acara pelepasan calon jamaah haji ini jadi mereka berjualan hingga pagi.

Karena menunggu cukup lama dan saya sudah sedikit kelelahan karena berdiri sambil melihat orang berlalu lalang, saya memutuskan untuk duduk ditrotoar depan pendopo. Beberapa saat kemudian ada seorang pemuda yang berdiri didepan saya. Pemuda inilah yang pada akhirnya saya sebut sebagai “Mas Rejo”. Kenapa “Mas Rejo” ? Dibaca sampai akhir ya postingan ini ...

Pemuda itu ternyata berbicara dengan seseorang yang duduk disebelah saya. Mungkin itu kerabatnya. Namun tiba-tiba pemuda yang berdiri tersebut berbicara kepada saya, “Mbak, maaf saya boleh duduk disebelah mbak atau tidak ?” katanya sambil menunjuk celah kosong yang tidak terlalu lebar antara saya dan kerabatnya. Sebenarnya saya sedikit jengkel ketika dia meminta saya untuk bergeser. Saya memilih duduk disini karena disebelah saya itu tempatnya agak kotor. Tapi karena saat itu saya sedang berbaik hati dan tetap masih jengkel sebenarnya, akhirnya saya menggeser sedikit posisi duduk saya. Bahkan memang benar-benar hanya sedikit bergeser.

Setelah duduk dan mengobrol dengan saudaranya, Pemuda itu lalu mengajak ngobrol saya. “Nganterin siapa mbak ?” itulah pertanyaan pertama yang diajukannya. Kami pun akhirnya ngobrol hingga kurang lebih 1 jam lamanya. Dari obrolan yang singkat tersebut saya mengetahui beberapa hal tentangnya. Ternyata kami satu almamater di perguruan tinggi. Tapi beda angkatan dan beda jurusan. Dia beberapa tahun diatasku (Kakak tingkat ceritanyaa .... Hahaha). Dia juga menanyakan dari mana saya berasal. Dia mengira kalau saya juga orang asli Kota Tembakau. Saya pun balik bertanya didaerah mana rumahnya. Ternyata dia tinggal di sebuah Kecamatan yang tidak jauh dari tempat saya KKN dulu. Tetangga Kecamatan. Karena tempat tinggalnya itulah saya menyebutnya sebagai “Mas Rejo”. Entah dia setuju atau tidak dengan sebutan itu. Karena itu hanya sebutan dalam hati saja. Mengapa saya tidak menyebutkan namanya ? Yaa ... karena saya memang tidak tahu namanya. Diapun sebaliknya tidak tahu nama saya. Karena kami memang tidak saling mengenalkan nama kami masing-masing. Biarlah sang waktu yang akan mengenalkan nama kami. Meskipun entah kapan waktu itu akan datang.

Entah mengapa ketika mendengar suaranya terasa nyaman sekali. Ini nih ... Saya menilai seorang laki-laki termasuk salah satunya melalui tutur katanya. Cara dia bercerita, cara dia berbicara dengan perempuan, dan lain sebagainya. Saya termasuk orang yang suka mendengar cerita atau curhatan orang lain. Sebenarnya tidak hanya laki-laki yang saya nilai tutur katanya, tapi perempuan pun saya nilai dari tutur katanya. Bahkan yang baru kenal sekalipun.

Dia bercerita tentang dirinya. Meskipun tidak banyak, tapi saya cukup berkesan dengan pengalaman hidupnya. Dia juga bercerita pernah tinggal beberapa tahun di Negaranya Om Sam. Sebenarnya dia tidak sengaja bercerita pernah tinggal disana. Karena ketika saya bercerita saya mulai kenal dengan Kota Tembakau ini tahun 2014 waktu KKN, ternyata waktu itu Mas Rejo ini sedang tidak berada di Indonesia. Ahh saya jadi menyesal hanya sebentar bertemu dengannya. Jadi tidak bisa dengar ceritanya lebih banyak lagi.

Tapi, dipertemuan yang sangat singkat itu karena hanya sekitar 1,5 jam banyak sekali yang kita obrolkan. Bahkan hingga ngomongin tentang masa depan (*eitsss ...jangan curiga dulu yaa ..). masa depan yang saya maksud disini itu kita ngobrol tentang bisnis juga. Lebih ke melihat peluang bisnis yang bisa dikembangkan di kota itu. Tentang potensi yang dihasilkan dari Jepara dimana saya berasal dan mampu dikembangkan di Kota Tembakau itu. Kalau semua percakapan kami dini hari itu saya tuangkan dalam tulisan ini mungkin akan jadi berlembar-lembar halaman.

Aku begitu rindu bagaimana cara dia bercerita.

Tapi entah karena akan pulang kerumah atau hendak kemana Mas Rejo ini kemudian pamit kepadaku. Aku pun mempersilakannya dan tak lupa berterima kasih. Berterima kasih karena sudah menemaniku dengan cerita-ceritanya. Setelah dia menghilang dari pandangan mataku aku pun mulai merasa sepi. Suatu kesepian yang berada dalam sebuah keramaian.


Mas Rejo, seperti yang kamu katakan terakhir kali dipertemuan singkat kita “Semoga kita bisa bertemu lagi yaa ..”. Dalam hati pun aku menjawab, “Ya, jika berjodoh kita pasti bertemu lagi”. Tentu “jodoh” disini bukan hanya hubungan serius antara lelaki dan perempuan. Kita bisa berjodoh dalam berteman, dalam pekerjaan, dan lain sebagainya. Aku akan selalu menunggu cerita-ceritamu, Mas. Semoga Allah memberi kita kesempatan untuk bertemu entah dimanapun dan kapanpun. Hanya Allah yang tahu.

Minggu, 21 Agustus 2016

POJOK TERAKOPIE


Photo by TERAKOPIE

“Espresso satu mas ..!” teriakku sambil berjalan menuju satu pojok favoritku.

“Siap .. Tapi antre sebentar ya ... Lagi banyak orderan nih.” Ucap Sang Barista sambil mulai menyendok biji-biji kopi dan mulai memasukkannya ke mesin grinder.

“Oke, santai saja. Kok sendirian ? Dimana Mas Walid ?” Ucapku kemudian ketika sampai dipojok favoritku.

“Ambil kopi di Temanggung. Tapi sepertinya sebentar lagi juga sampai sini.”

“Oh .. Ke Temanggung”.

***

TERAKOPIE. Itulah nama yang kemudian dipakai oleh pemiliknya untuk Cafe ini. 

“Terakopie ? apa artinya itu ?” Selorohku pada waktu pertama menikmati kopi disini.

“Terakopie itu singkatan dari Temanggung Arabika Kopi.” Jawab Mas Walid Si Empunya cafe yang juga menjabat sebagai barista.

“Oh itu singkatan toh. Untung ketika disingkat jadinya bagus. Kalo jelek kan harus cari yang lain, hahahaha.” Komentarku setelah satu sesapan kopi tubruk masuk ke rongga mulutku.

“Kalo jelek dibawa ke salon saja. Terus di make over .... hahaha ...” jawabnya kemudian.

Disini lah, setahun yang lalu percakapan tentang apa itu Terakopie berlangsung. Saat itu pula untuk pertama kalinya aku menginjakkan kaki di cafe ini diperkenalkan oleh seorang teman. Dari temanku pula lah aku mengenal Si Empunya Cafe sekaligus Barista yang terkenal ramah terhadap semua orang itu. Karena mereka berdua berteman lama dan aku cukup terkejut dengan cerita pertemuan mereka berdua yang sangat lucu menurutku.

“Kenapa Temanggung ? Bukankah Temanggung itu Kota Tembakau ? Ya ... meskipun memang sebagian daerah di Temanggung sebenarnya juga penghasil kopi sih,” tanyaku penasaran.

“Ya karena aku Orang Temanggung, jadinya aku pakai nama Temanggung saja untuk cafe ini. Lagipula, sebagian besar kopi disini kan berasal dari Temanggung. Biar semua orang itu tahu kalau Temanggung itu tidak hanya menghasilkan tembakau tapi juga menghasilkan kopi yang nikmat. Sekarang kalian mau pesan apa ?” tanyanya sambil menyerahkan daftar menu.

“Oh jadi begitu ceritanya. Hmm aku pesan apa ya ? Oh ya begini deh ... karena aku ingin merasakan gimana nikmatnya kopi khas Temanggung ini, aku pesan kopi tubruk saja. Kata orang, jika ingin merasakan kenikmatan kopi itu nikmatilah kopi tubruk. Bukan begitu ?” kataku sok tahu.

“Okelah aku juga pesan kopi tubruk ya,” kata Mas Adi temanku itu kemudian.

“Pilihan yang bagus. Tunggulah sebentar biar aku buatkan,” kata Mas Walid sambil berlalu.

Tak lama kemudian, datanglah dua gelas kopi pesanan kami. Aroma kopi semerbak menebar ke segala penjuru cafe. Aroma yang menenangkan. Kami juga disuguhi Timus. “Jajanan khas desa,” kata Mas Walid. Timus ini jajanan yang terbuat dari ubi yang telah dilumatkan kemudian dibentuk bulat lonjong kemudian digoreng. Manisnya terasa pas tanpa pemanis buatan. Cocok sekali jika didampingkan dengan kopi tubruk yang pahit.

Aku mulai menghirup aroma dari tubruk didepanku. Jika digambarkan seorang lelaki, tubruk ini adalah seorang lelaki yang lugu namun memiliki kepribadian yang luar biasa. Lelaki yang digambarkan seperti tubruk ini adalah lelaki yang pandai menyembunyikan perasaan dan keunggulan yang dimilikinya. Jika digambarkan sebagai perempuan, kopi tubruk bagai perempuan yang memiliki inner beauty. Kita harus menikmatinya secara perlahan agar keunggulan yang dimilikinya dapat keluar dan membuat siapa saja yang menikmatinya menjadi terpesona.

Perlahan aku mulai menyesap kopi dalam cangkir putih itu dan berhenti pada sesapan ketiga.

“Aku seperti merasakan rasa jeruk disini. Seperti ada rasa agak asam,” ucapku sambil mengecap lidah dan bibirku.

“Berarti indra perasamu masih sangat bagus,” kata Mas Walid kemudian.

Karena aku memang tidak begitu suka dengan kopi yang begitu pahit, aku pun menuangkan gula cair yang telah disiapkan dalam sebuah teko mungil. Cukuplah untuk menambah rasa manis yang tidak terlalu manis.

“Ah tapi aku nggak mau banyak-banyak minum kopi. Takut nanti malah nggak bisa tidur,” Kataku sambil mencomot satu buah timus yang dari tadi kelihatan tidak kalah menggiurkan.

“Itu cuma pikiranmu saja. Buktinya aku sering minum kopi tapi tetap saja bisa tidur seperti biasa,” kata Mas Adi setelah menghabiskan setengah cangkir kopinya.

“Berarti kamu gemar juga minum kopi, hahaha.”

Aku pun kembali menikmati kopi tubrukku yang hanya tinggal setengah cangkir. Malam pun semakin larut. Sepertinya aku tidak bisa terus berada disini. Setelah membayar, tak lupa aku juga menyisipkan sebuah catatan kecil dibawah cangkir dengan rangkaian kata sederhana ini :

“Tubruk itu lambang kesederhanaan. Kesederhanaan yang istimewa. Kopinya enak... ”

***

“Anak gadis itu tidak boleh melamun ! Nanti kerasukan hantu ganteng !” kata Mas Walid mengagetkanku. 
Rupanya dia telah kembali dari Temanggung.

“Hahaha kalau hantunya ganteng aku mau melamun terus,” kataku kemudian.

“Dari tadi melamun terus. Tuh lihat espresso pesananmu sudah hampir dingin,” kata Mas Walid sambil membersihkan meja yang telah kosong.

Ternyata espresso yang kupesan telah sampai dan aku tidak menyadarinya karena asyik melamun.

“Kamu kan cewek, kok berani pesan espresso. Apa kuat ?” tanya Sang Barista dari balik meja produksi.

“Memangnya kenapa dengan espresso ? Aku belum tahu rasanya. Ini baru pertama kalinya aku mencoba. Aku memilihnya karena namanya bagus. Espresso. Kelihatan sangat berkelas,” kataku menanggapi pertanyaan Sang Barista.

Tanpa menunggu jawaban darinya aku langsung menikmati espresso pesananku. Kuawali dengan menghirup kopi ini lebih dalam. Kemudian aku mulai menyesapnya perlahan tanpa gula seperti biasanya aku ketika mulai menikmati kopi. Baru satu sesapan aku terkejut dengan rasa espresso ini. Rasa pahitnya kuat sekali. Pantas saja cangkir yang digunakan untuk menghidangkannya adalah cangkir kecil.

“Hah ... Mas pahit sekali espresso ini,” teriakku sambil menuangkan gula.

“Hahaha kubilang juga apa ! Apa kamu kuat menghabiskannya ?”

“Ini sudah kukasih gula tapi tetap saja masih pahit sekali. Boleh aku minta gula lagi ?” kataku sambil menghampiri Sang Barista dan meminta gula.

Setelah meminta gula akupun kembali duduk di pojok. Aku melihat ke jalan raya. Di pojok tempat favoritku ini memang dapat menikmati pemandangan baik didalam cafe maupun diluar cafe. Pojok yang sangat strategis. Begitu menurutku.

Kali ini aku menikmati pemandangan jalan raya dari pojok favoritku. Terlihat beberapa anak kecil yang menjajakan koran dagangannya. Kupikir bahaya sekali anak-anak sekecil itu ada dijalan raya. Meskipun sedang bekerja, mereka menganggap itu adalah cara bermain mereka setiap harinya. Jalan raya yang justru membahayakan nyawa mereka, di mata mereka jalan raya itu tak ubahnya seperti lapangan atau arena bermain yang sangat luas. Kehidupan yang mereka jalani seperti espresso yang kini masih penuh didalam cangkir kecil dihadapanku. Sangat pahit. Namun kepahitan itulah yang akhirnya menjadikan mereka sebagai pribadi yang kuat. Sekuat rasa pahit dari espresso ini. Bahkan gula pun seakan tak mampu meredam rasa pahitnya.

Pandanganku pun beralih ke dalam cafe. Masih terlihat beberapa orang yang berkumpul di satu meja bundar. Sepertinya mereka sedang berbicara tentang bisnis. Tapi entahlah yang mereka sedang berbicara tentang apa. Sebenarnya inilah hobiku. Hobiku adalah melihat orang. Melihat apa yang sedang dilakukan oleh orang-orang yang ada disekelilingku. Dan dari pojok ini aku bisa dengan puas menyalurkan hobiku selama ini.

***

Aku kembali memesan kopi kepada Sang Barista. Kali ini aku memesan cappucino.

“Dikasih gambar bunga ya Mas ..” begitu pesanku kepada Sang Barista.
Entah mengapa aku menyebut cappucino adalah kopi yang cara menyajikannya cukup mewah. Cukup mewah karena ada gambar yang terlukis diatas busanya. Jika Barista itu sangat handal bisa juga membuat Coffe Art 3D. Namun jika dibuat 3D sepertinya aku tidak akan meminumnya. Saking indahnya jadi sayang kalau diminum.

“Cappucinonya Mbak ...” kata Sang Barista.

“Wah terima kasih ....” kataku kemudian sambil mengagumi coffe art bergambar bunga di cappucino pesananku.

Inilah yang aku suka dari Cappucino. Selain indah, rasanya juga ringan. Tidak terlalu pahit. Jika diibaratkan seorang perempuan, cappucino ini bagaikan perempuan yang sangat anggun dan sangat halus. Selalu menjaga keindahan yang dimilikinya. Sehingga terkesan begitu mempesona.

***

POJOK TERAKOPIE. Begitulah aku menyebutnya. Dengan segala kenangan-kenangan yang tercipta dari sudut itu. Pemandangan-pemandangan yang kemudian telah terekam dalam memori pikiranku. Satu pojok favoritku. Mungkin disuatu hari nanti yang akan aku rindukan ketika aku mulai meninggalkan kota dengan segala kenangannya ini yang hanya tinggal beberapa menit lagi.




*Blog post ini dibuat dibuat dalam rangka mengikuti Kompetisi Menulis Cerpen #MyCupOfStory diselenggarakan oleh GIORDANO dan Nulisbuku.com