![]() |
Alun-alun Kebumen |
Indonesia merupakan sebuah Negara yang sangat unik. Keunikan
tersebut didapat dari adanya makanan-makanan khas dari berbagai daerah di
Indonesia. Disetiap kota atau kabupaten di Indonesia memeiliki makanan khasnya
sendiri-sendiri. Bahkan dalam kota atau kabupaten tersebut memiliki makanan
khas yang berbeda antara kecamatan yang satu dengan yang lain misalnya. Sebagai
contoh makanan khas Indonesia ada masakan bernama Soto. Beberapa daerah memang menjadikan
soto sebagai makanan khasnya. Namun berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Soto Semarang tentu akan berbeda dengan Soto Kudus, Soto Betawi, Soto Banjar,
maupun Soto Makassar yang biasa disebut Coto Makassar. Hal yang membeedakannya
adalah bahan yang digunakan untuk membuat masakan tersebut. Ada pula makanan
khas dari kota kelahiran saya yaitu Jepara. Jepara memiliki beberapa makanan
khas salah duanya yaitu pindang srani (masakan ini berbahan dasar ikan) dan
horog-horog (tunggu ulasan tentang makanan ini dipostingan saya lain). Selain
beberapa makanan tersebut masih banyak makanan lain yang khas dari Indonesia.
Salah satunya adalah makanan khas dari Kebumen yaitu Nasi Penggel.
Kali ini saya akan mengulas tentang kenikmatan Nasi Pengggel
khas Kebumen yang saya rasa saya ketagihan untuk kembali menikmati kelezatannya.
Ketika berkunjung ke Kebumen beberapa waktu yang lalu untuk
mengunjungi rumah nenek saya. Waktu masih sangat pagi ketika saya sampai di Alun-alun
Kebumen. Saya kemudian sholat subuh di Masjid Agung Kebumen. Karena rumah nenek
saya berada cukup jauh dari Alun-alun Kebumen, saya menyempatkan diri untuk
mengelilingi Alun-alun. Namun begitu keluar dari halaman masjid saya melihat
beberapa gerobak pedagang kaki lima yang sudah berbaris rapi mengelilingi
Alun-alun. Kemudian saya menyebrang menuju Alun-alun. Persis disebrang depan
masjid ada seorang bapak-bapak yang menurut saya sudah cukup tua sedang
mempersiapkan barang dagangannya tanpa ada seorang pun yang membantunya. Bapak
tersebut sedang membuat adonan tempe mendoan (mendoan adalah tempe yang
digoreng dengan adonan tepung basah dengan irisan daun bawang dan terasa
gurih). Sebenarnya saya tertarik untuk membeli tempe membeli tempe mendoannya
karena terasa sangat menggoda dengan tempe yang agak tipis namun lebar dan
tentunya masih hangat karena baru digoreng. Saya dan bapak saya pun memutuskan
untuk menunggu tempe mendoan hingga matang. Setelah matang saya pun
menikmatinya dengan lahap sambil duduk lesehan. Makan satu tempe saja rasanya
sudah kenyang.
Bapak penjual tersebut kemudian menawarkan kami sarapan.
“itu namanya nasi apa pak ?” tanya Bapakku. “Nasi Penggel pak”, jawab Bapak
penjualnya. Lantas kami memesan dua porsi nasi. Ketika Bapak penjual nasi
penggel itu menyerahkan piring berisi nasi saya agak terkejut. Saya melihat
nasi yang sudah dikepal-kepal berbentuk bulatan diatas piring yang beralaskan
daun pisang itu. “sayur dan lauknya ambil sendiri mbak”, katanya kemudian.
Aku masih bingung dengan bentuk nasinya. Kenapa nasinya
bentuknya seperti itu. Sebenarnya itu nasi biasa, namun dalam penyajiannya nasi
itu dikepal-kepal menjadi bulatan yang tidak begitu besar mungkin seukuran bola
pingpong. Jadi seperti makan Onigiri kalau di Jepang karena nasinya yang
sama-sama dikepal-kepal. Mungkin seperti makna dari Nasi Penggel itu Nasi yang
dikepal-kepal.
Dalam piring tersebut, kemudian diberi alas daun pisang
terlebih dahulu baru kemudian diisi sekitar 10 kepal nasi (ini bisa nambah bisa
dikurangi sesuai dengan yang diinginkan pembeli). Namun meskipun sebelumnya
berbentuk kepalan bulat, nasi tersebut jika akan dimakan dan dicampur kuah dari
sayurnya akan kembali seperti nasi biasa bukan berbentuk kepalan lagi. Untuk
sayur dan lauknya bebas bisa memilih sendiri. Sayur yang menemani kenikmatan
nasi ini adalah seperti sayur lodeh nangka muda atau kadang disebut gori dengan
bumbu yang gurih dan campuran daun singkong. Sedangkan untuk lauknya, ada
kikil, jeroan sapi seperti limpa, paru, dan semacamnya serta tahu atau tempe
yang dimasak seperti opor. Ada pula telur balado yang menjadi favorit saya
karena pedasnya. Jadi semuanya masih hangat. Nasi ini sangat cocok dijadikan
menu untuk sarapan pagi. Sambil duduk lesehan menikmati Nasi Penggel beserta
ubo rampenya dan melihat anak-anak berangkat sekolah dengan menggunakan sepeda, ahh nikmatnya.
Makanan ini memang sangat sederhana sekali. Seperti
menggambarkan kesederhanaan masyarakat Kebumen. Harganya juga menurut saya
cukup murah. 3 porsi nasi + sayur + lauk 2 opor jeroan sapi + 1 balado telur +
3 tempe mendoan + 2 teh manis hanya ditebus dengan uang 38 ribu rupiah. Beberapa
kali pula saya melihat ada beberapa ibu-ibu yang memebeli hanya sayur dan
lauknya saja yang kemudian dibawa pulang untuk menu sarapan keluarganya. Memang
cukup terkenal dan lumayan ramai pembeli yang membeli nasi diwarung lesehan
ini. Tapi katanya ada pula yang lebih ramai dari tempat ini.
Ahh Nasi Penggel ... aku sangat merindukan kenikmatanmu ...
LOKASI
Alun-alun Kebumen. Persis diseberang mini market sebelah
Masjid Agung Kebumen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar