Powered By Blogger

Selasa, 08 Desember 2015

LEZATNYA NASI PENGGEL KHAS KEBUMEN

Alun-alun Kebumen

Indonesia merupakan sebuah Negara yang sangat unik. Keunikan tersebut didapat dari adanya makanan-makanan khas dari berbagai daerah di Indonesia. Disetiap kota atau kabupaten di Indonesia memeiliki makanan khasnya sendiri-sendiri. Bahkan dalam kota atau kabupaten tersebut memiliki makanan khas yang berbeda antara kecamatan yang satu dengan yang lain misalnya. Sebagai contoh makanan khas Indonesia ada masakan bernama Soto. Beberapa daerah memang menjadikan soto sebagai makanan khasnya. Namun berbeda antara satu dengan yang lainnya. Soto Semarang tentu akan berbeda dengan Soto Kudus, Soto Betawi, Soto Banjar, maupun Soto Makassar yang biasa disebut Coto Makassar. Hal yang membeedakannya adalah bahan yang digunakan untuk membuat masakan tersebut. Ada pula makanan khas dari kota kelahiran saya yaitu Jepara. Jepara memiliki beberapa makanan khas salah duanya yaitu pindang srani (masakan ini berbahan dasar ikan) dan horog-horog (tunggu ulasan tentang makanan ini dipostingan saya lain). Selain beberapa makanan tersebut masih banyak makanan lain yang khas dari Indonesia. Salah satunya adalah makanan khas dari Kebumen yaitu Nasi Penggel.

Kali ini saya akan mengulas tentang kenikmatan Nasi Pengggel khas Kebumen yang saya rasa saya ketagihan untuk kembali menikmati kelezatannya.

Ketika berkunjung ke Kebumen beberapa waktu yang lalu untuk mengunjungi rumah nenek saya. Waktu masih sangat pagi ketika saya sampai di Alun-alun Kebumen. Saya kemudian sholat subuh di Masjid Agung Kebumen. Karena rumah nenek saya berada cukup jauh dari Alun-alun Kebumen, saya menyempatkan diri untuk mengelilingi Alun-alun. Namun begitu keluar dari halaman masjid saya melihat beberapa gerobak pedagang kaki lima yang sudah berbaris rapi mengelilingi Alun-alun. Kemudian saya menyebrang menuju Alun-alun. Persis disebrang depan masjid ada seorang bapak-bapak yang menurut saya sudah cukup tua sedang mempersiapkan barang dagangannya tanpa ada seorang pun yang membantunya. Bapak tersebut sedang membuat adonan tempe mendoan (mendoan adalah tempe yang digoreng dengan adonan tepung basah dengan irisan daun bawang dan terasa gurih). Sebenarnya saya tertarik untuk membeli tempe membeli tempe mendoannya karena terasa sangat menggoda dengan tempe yang agak tipis namun lebar dan tentunya masih hangat karena baru digoreng. Saya dan bapak saya pun memutuskan untuk menunggu tempe mendoan hingga matang. Setelah matang saya pun menikmatinya dengan lahap sambil duduk lesehan. Makan satu tempe saja rasanya sudah kenyang.

Bapak penjual tersebut kemudian menawarkan kami sarapan. “itu namanya nasi apa pak ?” tanya Bapakku. “Nasi Penggel pak”, jawab Bapak penjualnya. Lantas kami memesan dua porsi nasi. Ketika Bapak penjual nasi penggel itu menyerahkan piring berisi nasi saya agak terkejut. Saya melihat nasi yang sudah dikepal-kepal berbentuk bulatan diatas piring yang beralaskan daun pisang itu. “sayur dan lauknya ambil sendiri mbak”, katanya kemudian.

Aku masih bingung dengan bentuk nasinya. Kenapa nasinya bentuknya seperti itu. Sebenarnya itu nasi biasa, namun dalam penyajiannya nasi itu dikepal-kepal menjadi bulatan yang tidak begitu besar mungkin seukuran bola pingpong. Jadi seperti makan Onigiri kalau di Jepang karena nasinya yang sama-sama dikepal-kepal. Mungkin seperti makna dari Nasi Penggel itu Nasi yang dikepal-kepal.

Dalam piring tersebut, kemudian diberi alas daun pisang terlebih dahulu baru kemudian diisi sekitar 10 kepal nasi (ini bisa nambah bisa dikurangi sesuai dengan yang diinginkan pembeli). Namun meskipun sebelumnya berbentuk kepalan bulat, nasi tersebut jika akan dimakan dan dicampur kuah dari sayurnya akan kembali seperti nasi biasa bukan berbentuk kepalan lagi. Untuk sayur dan lauknya bebas bisa memilih sendiri. Sayur yang menemani kenikmatan nasi ini adalah seperti sayur lodeh nangka muda atau kadang disebut gori dengan bumbu yang gurih dan campuran daun singkong. Sedangkan untuk lauknya, ada kikil, jeroan sapi seperti limpa, paru, dan semacamnya serta tahu atau tempe yang dimasak seperti opor. Ada pula telur balado yang menjadi favorit saya karena pedasnya. Jadi semuanya masih hangat. Nasi ini sangat cocok dijadikan menu untuk sarapan pagi. Sambil duduk lesehan menikmati Nasi Penggel beserta ubo rampenya dan melihat anak-anak berangkat sekolah dengan menggunakan  sepeda, ahh nikmatnya.

Makanan ini memang sangat sederhana sekali. Seperti menggambarkan kesederhanaan masyarakat Kebumen. Harganya juga menurut saya cukup murah. 3 porsi nasi + sayur + lauk 2 opor jeroan sapi + 1 balado telur + 3 tempe mendoan + 2 teh manis hanya ditebus dengan uang 38 ribu rupiah. Beberapa kali pula saya melihat ada beberapa ibu-ibu yang memebeli hanya sayur dan lauknya saja yang kemudian dibawa pulang untuk menu sarapan keluarganya. Memang cukup terkenal dan lumayan ramai pembeli yang membeli nasi diwarung lesehan ini. Tapi katanya ada pula yang lebih ramai dari tempat ini.

Ahh Nasi Penggel ... aku sangat merindukan kenikmatanmu ...




LOKASI

Alun-alun Kebumen. Persis diseberang mini market sebelah Masjid Agung Kebumen.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar