Powered By Blogger

Minggu, 02 Oktober 2016

SEPENGGAL KISAH : DINI HARI DI KOTA TEMBAKAU (Pertemuan dengan “Mas Rejo”)

Beberapa saat yang lalu, saya berkesempatan menikmati dini hari di Kota Tembakau yang sangat dingin itu. Sebenarnya hanya diajak untuk mengantar kerabat menunaikan ibadah haji. Dilepas oleh Bupati setempat di pendopo. Tapi bukan ibadah hajinya yang akan saya tulis. Namun sebuah kisah yang ada dibaliknya.

Ketika itu malam hari sekitar pukul 01.00 WIB kami dengan beberapa rombongan mengantar salah satu kerabat yang akan menunaikan ibadah haji untuk berkumpul di Pendopo. Pendopo Pengayoman, begitu orang di kota itu menyebutnya. Setelah sampai disana kami menunggu cukup lama. Cukup lama karena pelepasannya pukul 05.30 WIB sedangkan ketika sampai disana baru pukul 02.00 WIB. Sambil menunggu saya bersama beberapa kerabat yang lain berdiri didepan Pendopo sambil sesekali melihat kearah alun-alun yang sangat ramai ketika itu. Banyak sekali penjual mainan hingga makanan yang masih berjualan. Mungkin karena ada acara pelepasan calon jamaah haji ini jadi mereka berjualan hingga pagi.

Karena menunggu cukup lama dan saya sudah sedikit kelelahan karena berdiri sambil melihat orang berlalu lalang, saya memutuskan untuk duduk ditrotoar depan pendopo. Beberapa saat kemudian ada seorang pemuda yang berdiri didepan saya. Pemuda inilah yang pada akhirnya saya sebut sebagai “Mas Rejo”. Kenapa “Mas Rejo” ? Dibaca sampai akhir ya postingan ini ...

Pemuda itu ternyata berbicara dengan seseorang yang duduk disebelah saya. Mungkin itu kerabatnya. Namun tiba-tiba pemuda yang berdiri tersebut berbicara kepada saya, “Mbak, maaf saya boleh duduk disebelah mbak atau tidak ?” katanya sambil menunjuk celah kosong yang tidak terlalu lebar antara saya dan kerabatnya. Sebenarnya saya sedikit jengkel ketika dia meminta saya untuk bergeser. Saya memilih duduk disini karena disebelah saya itu tempatnya agak kotor. Tapi karena saat itu saya sedang berbaik hati dan tetap masih jengkel sebenarnya, akhirnya saya menggeser sedikit posisi duduk saya. Bahkan memang benar-benar hanya sedikit bergeser.

Setelah duduk dan mengobrol dengan saudaranya, Pemuda itu lalu mengajak ngobrol saya. “Nganterin siapa mbak ?” itulah pertanyaan pertama yang diajukannya. Kami pun akhirnya ngobrol hingga kurang lebih 1 jam lamanya. Dari obrolan yang singkat tersebut saya mengetahui beberapa hal tentangnya. Ternyata kami satu almamater di perguruan tinggi. Tapi beda angkatan dan beda jurusan. Dia beberapa tahun diatasku (Kakak tingkat ceritanyaa .... Hahaha). Dia juga menanyakan dari mana saya berasal. Dia mengira kalau saya juga orang asli Kota Tembakau. Saya pun balik bertanya didaerah mana rumahnya. Ternyata dia tinggal di sebuah Kecamatan yang tidak jauh dari tempat saya KKN dulu. Tetangga Kecamatan. Karena tempat tinggalnya itulah saya menyebutnya sebagai “Mas Rejo”. Entah dia setuju atau tidak dengan sebutan itu. Karena itu hanya sebutan dalam hati saja. Mengapa saya tidak menyebutkan namanya ? Yaa ... karena saya memang tidak tahu namanya. Diapun sebaliknya tidak tahu nama saya. Karena kami memang tidak saling mengenalkan nama kami masing-masing. Biarlah sang waktu yang akan mengenalkan nama kami. Meskipun entah kapan waktu itu akan datang.

Entah mengapa ketika mendengar suaranya terasa nyaman sekali. Ini nih ... Saya menilai seorang laki-laki termasuk salah satunya melalui tutur katanya. Cara dia bercerita, cara dia berbicara dengan perempuan, dan lain sebagainya. Saya termasuk orang yang suka mendengar cerita atau curhatan orang lain. Sebenarnya tidak hanya laki-laki yang saya nilai tutur katanya, tapi perempuan pun saya nilai dari tutur katanya. Bahkan yang baru kenal sekalipun.

Dia bercerita tentang dirinya. Meskipun tidak banyak, tapi saya cukup berkesan dengan pengalaman hidupnya. Dia juga bercerita pernah tinggal beberapa tahun di Negaranya Om Sam. Sebenarnya dia tidak sengaja bercerita pernah tinggal disana. Karena ketika saya bercerita saya mulai kenal dengan Kota Tembakau ini tahun 2014 waktu KKN, ternyata waktu itu Mas Rejo ini sedang tidak berada di Indonesia. Ahh saya jadi menyesal hanya sebentar bertemu dengannya. Jadi tidak bisa dengar ceritanya lebih banyak lagi.

Tapi, dipertemuan yang sangat singkat itu karena hanya sekitar 1,5 jam banyak sekali yang kita obrolkan. Bahkan hingga ngomongin tentang masa depan (*eitsss ...jangan curiga dulu yaa ..). masa depan yang saya maksud disini itu kita ngobrol tentang bisnis juga. Lebih ke melihat peluang bisnis yang bisa dikembangkan di kota itu. Tentang potensi yang dihasilkan dari Jepara dimana saya berasal dan mampu dikembangkan di Kota Tembakau itu. Kalau semua percakapan kami dini hari itu saya tuangkan dalam tulisan ini mungkin akan jadi berlembar-lembar halaman.

Aku begitu rindu bagaimana cara dia bercerita.

Tapi entah karena akan pulang kerumah atau hendak kemana Mas Rejo ini kemudian pamit kepadaku. Aku pun mempersilakannya dan tak lupa berterima kasih. Berterima kasih karena sudah menemaniku dengan cerita-ceritanya. Setelah dia menghilang dari pandangan mataku aku pun mulai merasa sepi. Suatu kesepian yang berada dalam sebuah keramaian.


Mas Rejo, seperti yang kamu katakan terakhir kali dipertemuan singkat kita “Semoga kita bisa bertemu lagi yaa ..”. Dalam hati pun aku menjawab, “Ya, jika berjodoh kita pasti bertemu lagi”. Tentu “jodoh” disini bukan hanya hubungan serius antara lelaki dan perempuan. Kita bisa berjodoh dalam berteman, dalam pekerjaan, dan lain sebagainya. Aku akan selalu menunggu cerita-ceritamu, Mas. Semoga Allah memberi kita kesempatan untuk bertemu entah dimanapun dan kapanpun. Hanya Allah yang tahu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar