Berbicara
tentang seni ukir Jepara, tentu ada banyak campur tangan Kartini dalam
perkembangannya. R.A. Kartini sangat peduli terhadap perkembangan seni khusunya
di Jepara. Beliau menginginkan kesejahteraan bagi para perajin di Jepara. Untuk mengembangkan seni ukir jepara ini,
Kartini melakukan sebuah kerjasama dalam perdagangan dengan Oost en West. Oost
en West (Timur dan Barat) merupakan sebuah lembaga yang dibentuk di Belanda
karena telah berhasil menyelenggarakan pameran. Lembaga ini dibentuk guna
menghidupkan dan meningkatkan kembali seni kerajinan di Hindia Belanda.
Perkenalan
antara R.A. Kartini dengan Oost en West berawal sebab Kartini pernah
mengirimkan karyanya dalam Pameran Nasional Karya Wanita di Den Haag. Bahkan
dalam buku “Kartini : Pembaharu Peradaban” juga disebutkan bahwa order dari
Oost en West Batavia dalam jumlah yang sangat banyak. Barang-barang tersebut
diperuntukkan bagi keperluan pesta sinterklas. Tentu hal ini disambut bangga
oleh Kartini. Beliau kemudian mengungkapkannya kepada anak Abendanon yaitu
Eddie C. Abendanon melalui suratnya yaitu : “Horee!
Untuk kerajinan dan kesenian rakyat kami! Hari depanmu pasti akan gemilang! Aku
tak dapat mengatakan betapa girang dan bahagia kau. Kami mengagumi rakyat kami.
Kami bangga atas mereka. Rakyat kami yang kurang dikenal, karena itu juga
kurang dihargai. Hari depan seniman Jepara sekarang terjamin. Tuan Zimmermann
memuji setinggi langit hasil karya arsitek dari rakyat berkulit coklat yang
sering dihina. Seniman-seniman kami mendapatkan pesanan besar dari Oost en West
untuk Sinterklass. Sekarang seniman-seniman kami dapat melaksanakan ide-ide
mereka yang bagus-bagus. Dapat menjelmakan gagasan-gagasan yang puitis dalam
bentuk-bentuk yang indah, garis-garis yang ramping, berombak-ombak,
berbelok-belok, dalam pancawarna yang cemerlang”.
Dari situlah
ukiran Jepara mulai terkenal dan banyak sekali pesanan. Ibu Kartini melakukan
berbagai cara untuk mempromosikan kerajinan khas Jepara ini. Salah satunya
adalah melalui hobi menulisnya. Karena tulisannya yang indah, beliau mampu
memikat hati calon pelanggannya. Salah satunya tertulis dalam satu surat kepada
sahabatnya yaitu Ny. Abendanon : “Sekarang
pemahat kayu sedang mengerjakan sesuatu yang bagus, yaitu almari buku dari kayu
jati dengan tepinya dari kayu sono. Pintunya, yang terdiri atas satu pasang
kaca berbingkai rangkap, dua jalur kayu sono berukir yang tidak lebar. Pada
jarak-jarak sempit dihubungkan dengan wayang-wayang dan kayu jati. Dibawah
bingkai-bingkai itu dipersatukan oleh ular yang saling menyerang. Bagian atas
diukir dengan wayang-wayang dan masih diberi pula bunga ukiran. Bagian atas
bersandar pada pintu di atas dua tiang kecil, diukir dan ditatah dengan ukiran
dari kayu sono”. Amboooiii ... siapa yang tidak terpana melihat tulisan
seindah itu. Sebuah kerajinan yang sebenarnya menurut saya sederhana namun cara
pendeskripsian yang sedemikian detail dan dikemas dengan kata-kata yang indah
inilah yang tentu membuat siapapun tertarik untuk membelinya.
Selain
promosi, Ibu Kartini juga mengajarkan bagaimana cara meningkatkan kualitas dari
kerajinan-kerajinan itu. Bahkan Ibu Kartini pun yang turun langsung untuk
mengajarkan proses packaging yang menarik. Memang seorang wanita yang sangat
multitalenta.
Namun
sekarang, ukiran Jepara justru sudah mulai murung. Disepanjang jalan Jepara,
yang berderet usaha meubel justru banyak yang menjual desain produk dari luar.
Dan ironisnya saya juga ikut menyukai desain produk dari luar tersebut yang
saya rasa lebih modern. Namun sebenarnya saya masih tetap menaruh hati pada
produk kerajinan ukir Jepara. Sebenarnya saya lebih menyukai motif ukiran
Jepara yang dituangkan dalam kerajianan batik. Ini merupakan sebuah inovasi
baru di Jepara. Sehingga orang dapat mengenalkan motif ukiran khas Jepara
melalui fashion. Sebenarnya di Jepara ada satu desa yang memang menjadi pusat
sentra ukir Jepara yaitu di Desa Mulyoharjo. Ini memudahkan bagi penikmat seni
untuk mencari ukiran khas Jepara.
Ukiran Pada Tempat Tidur R.A. Kartini |
Ukiran Pada Kotak Perhiasan |
Ukiran Pada Peti |
Sekarang
adalah kewajiban kita, saya khususnya warga Jepara untuk tetap menjaga dan
mengembangkan warisan Ibu Kartini. Bagaimana caranya agar kerajinan khas Jepara
tidak mati dimakan zaman.
DAFTAR PUSTAKA
Katoppo, Aristides dkk. 1979. Satu Abad Kartini (1879-1979). Jakarta : Sinar Harapan
Priyanto,
Hadi. 2010. Kartini Pembaharu Peradaban. Jepara : Tim Penggerak PKK Kabupaten
Jepara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar