Ada beberapa
tempat yang membuat saya trenyuh namun sekaligus bangga serta kagum ketika berkunjung ke Pendopo
Kabupaten Jepara. Salah satunya adalah Kamar Pingit Kartini.
 |
Suasana Kamar Pingit |
 |
Penulis :) |
Pertama,
ketika saya memasuki kamar dimana R.A Kartini di pingit ketika beranjak remaja.
Langkah kaki saya mulai memasuki Pendopo Kabupaten Jepara. Kamar itu berada
disebelah kanan dan memang agak kedalam karena saya harus melewati ruang tamu
serta ruang tengah yang cukup besar. Ketika pertama kali menginjakkan kaki di
kamar itu, saya sedikit tercengang. Dalam pikiran saya, seorang anak bangsawan
pasti memiliki kamar yang mewah dan sangat besar. Bahkan dengan kamar tidur
saya dirumah, sedikit lebih besar kamar saya. R.A. Kartini memang tidak suka
kemewahan. Memasuki kamar pingit ini melalui pintu berdaun pintu berjumlah dua
dan tinggi mirip model pintu gaya Belanda. Ada dua buah pintu sebenarnya. Namun
satu pintu ditutup mungkin pintu itu menuju ke teras kamar dulunya. Didalam
kamarnya pun tidak ada perabotan yang mewah. Hanya ada tempat tidur, meja
belajar, meja rias sederhana, semacam kotak perhiasan bertingkat (mungkin pada
waktu itu digunakan oleh beliau untuk menyimpan tusuk konde, bros-bros, dan
sedikit perhiasannya karena mengingat beliau sangat suka kesederhanaan jadi
tidak ada perhiasan yang mewah), sebuah peti kecil (mungkin untuk menyimpan
baju). Namun ada yang menarik perhatian yaitu perabotannya terdapat ornamen ukiran
yang jika dilihat secara detail sepertinya motif khas Jepara. Hampir semua
perabotannya berhiaskan ukiran kecuali meja belajar serta meja rias yang hanya
berlapiskan batu marmer. Selain perabotan besar yang sudah umum kita lihat
dalam sebuah kamar, dalam kamar pingit Kartini ini terdapat alat permainan
jaman dahulu yaitu congklak atau orang Jepara biasa menyebutnya permainan
dakon. Papan dakonnya ini terbuat dari kayu, simple, tanpa ada ornamen-ornamen
ukirannya. Ketika melihatnya, saya membayangkan R.A. Kartini sedang bermain
dakon dengan adik-adiknya. Saya juga membayangkan saya sedang diajak main dakon
bersama R.A. kartini. Sungguh beruntung mereka yang mengenal secara pribadi
dengan R.A. Kartini. Selain itu, diatas meja kecil juga terdapat peralatan
untuk membatik. Itu minyimpulkan pemikiran saya juga bahwa beliau juga sangat
suka membatik untuk mengisi waktu luangnya. Lantainya juga masih lantai asli
dari jaman dahulu yaitu tegel kuno berwarna gelap dan mengkilap. Sungguh terasa
sekali keaslian bangunan tersebut.
 |
Pintu Kamar Pingit |
 |
Peralatan Membatik |
 |
Meja Rias |
 |
Kotak Perhiasan |
 |
Peti Ukiran |
 |
Meja Belajar |
 |
Penulis Cantik |
Didalam kamar
yang hanya berukuran kurang lebih 4x4 meter itulah R.A. Kartini dipingit. Tidak
ada kemewahan didalamnya. Pada usia yang menurut saya masih sangat belia yaitu
12 tahun, beliau sudah menjalani masa pingitan. Pada masa itu memang sudah
menjadi kebiasaan jika ada anak yang tergolong masih kecil atau masih usia
sekolah yang kemudian di nikahkan atau di jodohkan. Didalam kamar itu pula
Kartini mulai menulis surat-surat untuk sahabatnya seperti pasangan suami istri
Mr. & Mrs. Abendanon, Stella Zeehandelear, dan masih banyak lagi
sahabat-sahabat R.A. Kartini. Meskipun sedang dalam keadaan dipingit, beliau
membuka pikirannya. Beliau tidak mau jika hanya diam menunggu masa pingitan.
Namun ada yang unik dari sosok R.A. Kartini yang saya baca dari sebuah buku.
Jika banyak anak gadis yang tidak betah dalam kamar pingitan, entah mengapa hal
tersebut tidak berlaku bagi R.A. Kartini. Beliau justru sangat betah sekali
dalam kamar pingitan ini. Meskipun pada awal masa pingitan beliau nampak murung
dan sedih tentunya. Namun lama kelamaan mungkin beliau berpikir, tidak bisa
jika harus sedih berlarut-larut. Pasti waktunya akan sangat sia-sia. Dalam
kamar pingitnya tersebut Kartini diberi berbagai macam buku bacaan, majalah,
surat kabar dan lain sebagainya baik yang berbahasa Melayu dan banyak pula yang
berbahasa Belanda. Dari bacaan-bacaan itulah Kartini semakin terbuka
wawasannya. Melihat hobinya membaca serta potensi yang dimiliki Kartini, sang
kakak Sosrokartono pun semakin sering memberinya bahan bacaan. R.A. Kartini pun
akhirnya sering menghabiskan waktunya didalam kamar pingit untuk membaca
bahan-bahan bacaan tersebut.
Kegemarannya
membaca itu pun dapat dilihat dari surat yang dikirimkannya kepada Stella
Zeehandelear yang berisi : “Suatu
kebanggan besar bagi saya, bahwa saya masih boleh membaca buku-buku Belanda dan
berkirim surat dengan teman-teman Belanda. Semua itu merupakan satu-satunya
titik terang dalam masa yang sedih dan suram. Dua hal tersebut bagi saya
merupakan segalanya. Tanpa kedua hal tersebut barangkali saya akan binasa atau
bahkan lebih dari itu, jiwa saya akan mati”. Kartini melihat dunia luar
melalui buku, melalui hobi membacanya, serta menulis surat kepada
sahabat-sahabatnya.
Didalam kamar
itu pula terdapat sebuah lukisan tiga angsa putih yang terbingkai dalam bingkai
kayu berhiaskan ornamen ukiran. Mengapa angsa ? dan mengapa jumlahnya tiga buah
angsa ? Atau inikah lukisan yang dilukis oleh R.A. Kartini seperti dalam buku
yang pernah saya baca yang didalamnya menerangkan bahwa dahulu pada masa itu
terdapat sungai kecil dihalaman belakang kediaman Bupati Jepara. Jumlahnya tiga
buah mungkin itu menggambarkan tiga putri Jepara yaitu R.A. Kartini bersama
kedua adiknya yaitu R.A. Kardinah dan R.A. Roekmini.
 |
Lukisan 3 Angsa Putih |
Setelah puas
menikmati kamar R.A. Kartini, ketika melangkah keluar kamar terdapat dua buah
almari kaca. Almari kaca pertama didalamnya terdapat baju kebaya kuno milik
R.A. Kartini. Baju kebaya tersebut berbahan kain beludru berwarna biru tua
lebih ke hitam dengan hiasan ukiran yang disulam dengan benang emas. Serta
disampingnya terpampang pula kain batik atau kain jarik bermotif kawung.
Sederhana namun tetap elegan. Almari yang kedua merupakan lembaran kain putih
yang di batik karena membatik juga merupakan salah satu hobi R.A. Kartini.
 |
Kebaya Kartini |
 |
Hasil Membatik |
Menuju ke
teras belakang ... sebuah tempat yang juga istimewa.
Teras belakang
merupakan sebuah ruangan terbuka yang cukup besar. Disitu terdapat banyak
sekali kursi-kursi kayu. Lantas, mengapa saya katakan istimewa ? saya
mengatakan ini tempat istimewa karena dahulunya tempat ini digunakan R.A.
kartini untuk mengajar murid-muridnya yang pada waktu itu tidak terlalu banyak.
R.A. Kartini mengajar mereka membaca, menulis, kadang juga memasak, dan juga
mengajari tentang pelajaran kepribadian. Sungguh beruntung sekali
murid-muridnya. Untuk perabotan yang digunakan untuk mengajar sepertinya telah
berubah. Ada yang mengatakan kursi dan mejanya telah diganti dengan bahan kayu
yang baru namun modelnya tidak berubah. Namun ada pula yang mengatakan masih
asli dari jaman dulu hanya dudukan kursinya saja yang diganti. Namun suasananya
masih sangat terasa keasliannya. Dari teras belakang ini kita dapat langsung
menyaksikan halaman belakang kediaman Bupati Jepara.
Halaman
belakang kediaman Bupati Jepara ini sangatlah asri. Banyak tumbuh pohon-pohon
besar yang mungkin telah berumur ratusan tahun. Hewan-hewan peliharaan juga
banyak sekali terutama unggas. Banyak burung merpati berwarna putih yang
menghiasi halaman itu. Merpati itu bertempat tinggal di rumah kayu atau pagupon
yang diletakkan diatas pohon diantara dahan-dahan. Ada pula beberapa ayam
kalkun. Damai sekali suasananya. Saya pun duduk disebuah kursi taman dan
membayangkan sedang belajar bersama R.A. Kartini sambil menikmati damainya
halaman belakang ini. Di halaman belakang ini juga terdapat sebuah pohon bunga
favorit R.A. Kartini yaitu Bunga Kantil. Bunga Kantil merupakan bunga favorit
beliau karena mungkin bau harumnya yang khas. Pohon Bunga Kantil disini telah
berusia ratusan tahun entah berapa tepatnya. Pohon yang besar dan tinggi. Dan
kata beberapa orang yang tinggal didalam area tersebut, ketika bunga-bunga ini
mekar akan menghasilkan bau harum yang sangat khas. Sayangnya waktu kesana
sedang tidak berbunga banyak dan pohonnya pun sangat tinggi jadi tidak berani
untuk naik ke pohon dan mengambilnya. Namun saya tidak kecewa karena didepan
Kantor Bupati terdapat pohon baru yang masih kecil namun sudah berbunga.
Meskipun katanya bau harumnya berbeda dengan yang telah berusia ratusan tahun
namun saya sedikit puas dapat menghirup keharuman bunga favorit R.A. Kartini.

 |
Ruang Tempat Mengajar |
 |
Pintu Teras Belakang |
 |
Pohon Bunga Kantil Tertua |
 |
Bunga Kantil |
 |
Bunga Kantil |
Di halaman
belakang itu pula terdapat sebuah tembok. Tembok yang membatasi antara kalangan
bangsawan di Kabupaten dengan rakyat biasa. Tembok yang sangat kokoh dan
tinggi. Sangat tidak mungkin untuk dinaiki apalagi jika yang menaikinya adalah
seorang wanita. Namun di tengah-tengah tembok yang kokoh tersebut terdapat
pintu besar. Konon dari pintu itulah R.A. Kartini menyapa rakyat. Pintu itulah
yang menjadi saksi keramahan dan kepedulian R.A. Kartini kepada rakyat sekitar.
Namun nampaknya sekarang pintu itu sudah tertutup rapat. Entah sudah berapa
lama pintu itu tertutup. Mungkin juga karena alasan keamanan yang membuat pintu
itu akhirnya ditutup mungkin untuk selamanya.
 |
Suasana Halaman Belakang |
Meskipun dari
balik dinding yang tinggi, aturan adat yang sangat ketat, R.A. Kartini tetap
saja memikirkan nasib rakyatnya. Tetap memperjuangkan hak-hak kaumnya agar
selalu mendapatkan keadilan dan terus membuka wawasan bagi dirinya sendiri agar
tetap dapat berhubungan dengan dunia luar dengan caranya sendiri.
 |
Pintu dan Tembok Pembatas |
DAFTAR PUSTAKA
Priyanto, Hadi. 2010. Kartini Pembaharu Peradaban.
Jepara : Tim Penggerak PKK Kabupaten Jepara
Katoppo, Aristides dkk. 1979. Satu Abad Kartini (1879-1979). Jakarta : Sinar Harapan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar